Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dolar AS Diperkirakan Hadapi Tekanan Hebat Tahun Ini

Dolar AS Diperkirakan Hadapi Tekanan Hebat Tahun Ini Kredit Foto: Unsplash/Vladimir Solomyani
Warta Ekonomi, Jakarta -

Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menilai, setelah kinerja yang luar biasa di 2018, reli Dolar diperkirakan akan mengalami tekanan hebat di 2019. Kendati begitu perkiraan ini bisa saja salah.

"Berbagai faktor mendukung mata uang AS tahun lalu, termasuk ekspansi ekonomi yang kuat, stimulus fiskal yang meningkatkan imbal hasil di pasar obligasi negara, Federal Reserve yang hawkish, dan repatriasi dana oleh sejumlah perusahaan AS. Semua faktor ini sudah tidak bermain, dan Fed yang berbalik arah pekan lalu hampir memastikan bahwa kebijakan moneter tidak berkontribusi lagi pada kekuatan Dolar," jelas dia dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (8/2/2019).

Keyakinan bahwa kebijakan moneter global akan mulai mengalami konvergensi dengan AS adalah elemen penting bagi pelemahan Dolar yang diprediksi akan terjadi. Kejutannya, kata Lukman, Dolar AS menguat 0.70% terhadap mata uang mayor lainnya sejak Fed berubah menjadi sangat dovish pada 30 Januari.

"Kekuatan Dolar selama beberapa hari terakhir mungkin tidak disebabkan oleh langkah Fed. Walau begitu, dalam analisis kurs mata uang, kita harus membandingkannya dengan mata uang lainnya," tambahnya.

Sejauh ini tampaknya tidak ada mata uang lain yang memiliki keunggulan kompetitif, sehingga Dolar menjadi mata uang yang lebih dipilih.

Sementara itu, hampir semua bank sentral mengakui bahwa masa sulit sedang menanti. Perkembangan terkini adalah Bank Sentral Australia RBA yang mengejutkan pasar kemarin saat Gubernur Philip Lowe membuka kemungkinan pemangkasan suku bunga.

"Komentarnya menghantam Dolar Australia, menjadikannya turun 1.8% terhadap USD, di hari dengan kinerja paling buruk sejak Juni 2016. Berbagai risiko global termasuk faktor utama yang menyebabkan perubahan arah kebijakan," terang Lukman.

Keadaan Eropa tidak lebih baik. Italia sudah memasuki resesi teknis. Jerman mungkin menyusul dengan kesulitan yang dihadapi industri otomotif setempat, dan demonstrasi Yellow Vest Prancis sangat memukul ekonomi domestik yang sudah melambat.

"Karena itu, tidak mengherankan apabila sentimen investor di Zona Euro merosot ke level terendah dalam lebih dari empat tahun terakhir," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: