Dua hari beruntun menjadi mata uang yang dielu-elukan investor, kini dolar AS justru banyak ditinggalkan oleh investor global. Mungkin seperti ini nasib dolar AS saat ini: habis manis sepah dibuang, kasihan, ya.
Beberapa waktu lalu, saat damai dagang AS-China masih jauh panggang dari api, investor menggenggam dolar AS erat-erat sebagai aset safe haven. Hasilnya, dolar AS menjadi mata uang yang 'mengerikan' bagi mata uang lainnya, khususnya bagi rupiah.
Namun, setelah Trump menyatakan kesediaannya untuk memperpanjang batas waktu perundingan dagang dengan China, investor perlahan namun pasti mulai memberanikan diri mengoleksi aset-aset berisiko negara berkembang dan berpaling dari dolar AS.
Baca Juga: Nasib Rupiah: karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga
Alhasil, kini dolar AS justru merangsek ke jajaran mata uang terlemah di dunia. Hanya yen dan won yang masih berbaik hati melemah di hadapan dolar AS dengan terdepresiasi sebesar 0,11% dan 0,24%.
Pada pembukaan pasar spot pagi tadi, dolar AS sudah melemah 0,28% ke level Rp14.025. Meskipun sempat menipis menjadi 0,25%, hingga pukul 10.15 WIB, dolar AS masih terdepresiasi 0,28% ke level Rp14.030.
Bukan hanya rupiah, mata uang Asia lainnya juga beramai-ramai menyerang dolar AS sehingga membuat dolar AS takluk tak berdaya. Dolar AS takluk 0,19% terhadap dolar Kanada dan yuan, 0,07% terhadap dolar Singapura, 0,13% terhadap baht, serta takluk 0,01% terhadap dolar Taiwan.
Di antara mata uang Asia lainnya, rupiahlah yang menekan dolar AS paling dalam. Pasalnya, kini rupiah telah berbalik menjadi mata uang terkuat di Asia.
Rupiah unggul 0,14% terhadap yuan, 0,28% terhadap dolar Hongkong, 0,42% terhadap yen, 0,48% terhadap won, 0,23% terhadap dolar Singapura, 0,36% terhadap baht, dan 0,28% terhadap dolar Taiwan.
Asal tahu saja, capaian tersebut terjadi lantaran rupiah tidak menyia-nyiakan momen datangnya angin segar dari AS-China. Mengutip dari Reuters, dikabarkan bahwa Trump berharap dapat bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping guna merampungkan kesepakatan dagang AS-China.
Baca Juga: Menko Maritim: Ekonomi Kita Tak Berkiblat ke AS ataupun China
"Kalau kesepakatan sudah dekat, kita akan bisa selesaikan. Saya mungkin bisa menoleransi kesepakatan mundur sedikit meski saya lebih suka tidak seperti itu," imbuh Trump.
Sebagaimana diwartakan sebelumnya, antara AS-China telah melakukan gencatan perundingan dagang hingga 01/03/2019. Namun, akhirnya Trump sepakat untuk memperpanjang tenggat waktu tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: