Bank Indonesia (BI) pada bulan Januari 2019 memutuskan kembali untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate di level 6,00%.
Kebijakan ini masih konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik, termasuk telah mempertimbangkan tren pergerakan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan.
Menanggapi hal ini, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai bahwa ruang kenaikan BI 7 day RR di tahun 2019 relatif terbatas sejalan dengan perubahan akselerasi kenaikan Fed Rate dan potensi risiko volatilitas di pasar keuangan yang cenderung mereda.
"Di sisi lain arah tekanan inflasi dan level defisit neraca berjalan masih akan menjadi faktor domestik yang menentukan arah bagi BI," kata LPS dalam publikasi Indikator Likuiditas yang diterbitkan di Jakarta, Selasa (19/2/2019).
Sementara itu suku bunga antar bank (JIBOR) kedepan diperkirakaan juga akan lebih stabil sejalan dengan tren kebutuhan likuiditas untuk penyaluran kredit.
Sedangkan volume Operasi Pasar Terbuka (OPT) diproyeksikan akan membaik secara gradual lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun lalu. Meski demikian masih terdapat potensi tekanan ditengah pertumbuhan kredit yang relatif lebih tinggi dibanding DPK.
"Arah pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga), kredit, imbal hasil instrumen SBN dan target pengelolaan likuiditas BI akan menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi OPT sepanjang tahun ini. BI melalui berbagai kebijakan dan instrumen sektor moneter akan terus berupaya melakukan stabilisasi di pasar rupiah dan valas serta memastikan ketersediaan likuiditas," jelas LPS.
Untuk diketahui, posisi OPT konvensional BI naik ke level Rp262.9 triliun pada akhir Januari 2019 dari posisi sebelumnya Rp243,8 triliun pada akhir Desember 2018. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh naiknya penempatan pada SBI yang naik Rp30,0 triliun dan pos reverse repo yang naik Rp62,5 triliun.
Sebaliknya pada periode yang sama, penempatan pada Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) turun sebesar Rp10,4 triliun, sementara deposit facility turun Rp16,2 triliun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: