Ada konsep baru di bidang human capital yang baru saya ketahui sebagai orang awam, yakni employee experience (EX).
Menurut Ernst & Young, employee experience didefinisikan sebagai organisasi beserta seluruh personelnya bekerja sama membangun pengalaman kerja yang otentik dan dapat dipersonalisasi sehingga membangkitkan gairah semangat kerja, inovasi, dan produktivitas guna memperkuat kinerja individu, tim, dan organisasi.
Konsep EX serupa dengan dan mengadopsi konsep customer experience yang berlaku di dunia marketing yaitu perasaan dan emosional yang diperoleh pelanggan berupa kesan pada saat dan selama menggunakan produk dan jasa yang dihasilkan organisasi sehingga menghasilkan equity yang positif.
Baca Juga: Pengusaha Wajib Paham! Hipnotis Pelanggan Gen Z Pakai Cara Jitu Ini
Apabila organisasi berpikir dan berupaya keras untuk memperoleh customer experience yang positif dari pelanggannya untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar maka semestinya organisasi berpikir dan berupaya keras untuk memperoleh EX dari para pegawai. Oleh karena itu, EX merupakan consumerization of human resources.
EX perlu menjadi perhatian terutama bagi organisasi yang membutuhkan dan ingin mempertahankan pegawai berbakat, berprestasi, dan kompeten,khususnya generasi muda. Saat ini demografi penduduk banyak didominasi generasi milenial. Mereka saat ini 30% populasi dan akan menjadi 75% angkatan kerja di dunia pada tahun 2025. Generasi milenial memiliki karakteristik sendiri.
EX harus dianggap oleh manajemen sebagai persepsi atau kaca mata pandangan pegawai terhadap organisasi tempat bekerjanya. Pegawai memandang organisasi mulai dari lingkungan fisik di mana ia bekerja, perangkat kerja yang disediakan organisasi yang dapat digunakannya untuk bekerja, di samping faktor-faktor tidak kasat mata lainnya.
EX menyebabkan organisasi mulai berpikir untuk menemukan lokasi kantor yang memenuhi EX, misalnya lokasi kantor yang memenuhi kualitas hidup, kemudahan akses transportasi massal, komunitas sosial dan kesesuaian dengan budaya setempat.
Tentu saja experience dengan equity yang positif itu berasal dari akumulasi antara keseimbangan kewajiban dan tanggung jawab pegawai dengan aset berwujud dan tak berwujud yang diperoleh atau dirasakannya di organisasi. Aset yang tidak berwujud tersebut misalnya adalah momen-momen kerja yang luar biasa yang memberikan keceriaan atau kegembiraan untuk melepaskan kemampuan terbaik, memberikan inspirasi dan semangat untuk memberikan kontribusi kinerja dan gagasan kepada organisasi.
Terkait dengan lingkungan kerja, yang dibutuhkan oleh generasi milenial adalah pekerjaan yang memiliki makna (meaningful work), adanya fleksibilitas, otonomi, konektivitas, serta adanya mentor atau nasehat. Bagi generasi milenial fleksibilitas dan konektivitas menjadi penting karena tidak lepas dari revolusi teknologi dan teknologi informasi yang menyebabkan hampir separuh aktivitas kerja dapat diotomasi atau remote.
Baca Juga: Milenial, Jangan Anggap Sepele 3 Soft Skill Ini di Dunia Kerja
Persaingan mencari dan mempertahankan talent tidak lepas dari dinamika tersebut. Praktisi EX mesti mengalihkan strategi dan pendekatannya atau mengubah paradigma dari yang bersifat prosedural dan legalistik penuh ikatan, ancaman, kecurigaan, dan sebagainya menjadi menangkap aspirasi dan kebutuhan pegawai.
Pendekatan tersebut bisa jadi tidak efektif untuk mempertahankan talent dan generasi milenial.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: