Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

2019, Bekraf Taksir Ekonomi Kreatif dan Digital Capai Rp1.200 T

2019, Bekraf Taksir Ekonomi Kreatif dan Digital Capai Rp1.200 T Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai ekonomi kreatif di Indonesia mencapai Rp1.105 Triliun pada 2018 lalu, naik dari Rp1.009 triliun pada tahun 2017. Pada tahun 2019 ini, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menaksir nilai ekonomi kreatif, yang didalamnya juga ada ekonomi digital mencapai Rp1.200 triliun, utamanya didorong subsektor fashion, kuliner dan kriya.

Kepala Bekraf Triawan Munaf mengakui meski sebagian subsektor ekonomi kreatif seperti fashion, kuliner, musik, kriya, game dan aplikasi sudah diperjualbelikan secara digital, namun belum ada indeks khusus nilai ekonomi digital di Indonesia. Hal ini lantaran BPS kerap kesulitan mengcapture penjualan subsektor ini yang merupakan produk intangiable.

Baca Juga: Bekraf Prioritaskan Industri Game, Berapa Gaji Developer? 

"Makanya ini BPS mau disusun metodologinya. Karena digital ini kan bikin sekali seperti musik atau aplikasi tapu dijual berkali-kali beluma ada metodologi perhitungannya. Jadi kelihatan di BPS kecil padahal gak kerekam semua datanya," kata dia kepada Warta Ekonomi, belum lama ini.

Dari Bekraf sendiri, sedang menyiapkan platform digital untuk bisa menagkap aktivitas penjualan musik secara digital. Namun persiapannya cukup memakan waktu lantaran Bekraf ingin agar ada ekosistem yang bisa mensejahterakan para pencipta lagu.

Baca Juga: Bekraf: Film sebagai Lokomotif Pertumbuhan Nilai Ekonomi Indonesia

"Jadi artis dan penulis lagu dia tahu dipakai dimana saja didengar dimana saja sehingga dia punya bayangan kalua nanti dapat royalty berapa. Sekarang kan di bilang misalnya terjual 100.000 percaya-percaya saja," kata dia.

Untuk mendukung pelaku ekonomi kreatif digital, Bekraf bersama OJK terus mengeksplor sumber pembiayaan baru, misalnya dari filantropis. Lain dari pada itu, lewat Bekraf Financial Club menggandeng perbankan dan pembiayaan syariah untuk kemungkinan pembiayaan.

"Selama ini bank terbiasa membiayai property atau tambang tiba-tiba ini seni pertunjukan misalnya, bagaimana kita harus membiayainya, ini kita eksplor terus," tambah dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: