Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Artificial Intelligence?

Apa Itu Artificial Intelligence? Kredit Foto: Pixabay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Istilah Artificial Intelligence (AI) sudah tak asing lagi di telinga masyarakat. Dalam Bahasa Indonesia, AI kerap disebut dengan Kecerdasan Buatan. Melansir dari Technopedia (4/3/2019), AI merupakan bidang yang menekankan penciptaan mesin cerdas yang bekerja dan bereaksi seperti manusia. AI telah menjadi bagian penting dari industri teknologi.

Keberadaan AI sebenarnya sudah ada sejak lama dalam dunia teknologi, namun tak kasat mata. Istilah ini telah dicetuskan oleh para ilmuwan matematika dunia pada awal abad 17. Namun, AI mulai ramai-ramai terdengar dan mencuat tahun 1950 silam. Program AI pertama yang bekerja ditulis pada 1951 untuk menjalankan mesin Ferranti Mark I di University of Manchester (UK).

Baca Juga: Eits, Pahami Ini Dulu Bos Sebelum Bangun Perusahaan Berbasis AI

Waktu terus berjalan dan perkembangan teknologi pun semakin terlihat. Oleh karena itu, AI mulai dikembangkan dan dimanfaatkan lebih luas lagi, bahkan digunakan pada sistem pertahanan sebuah negara.

Pengembangan dan kemampuan AI telah terlihat dari munculnya mobil tanpa pengemudi, asisten virtual, hingga chatbot yang dapat mempelajari kebiasaan manusia.

Pada awalnya teknologi AI lebih banyak digunakan di sektor industri teknologi informasi. Google, Facebook, Alibaba, dan Amazon tercatat sebagai pengguna terbesar teknologi AI.

Namun, saat ini penggunaan AI sudah merambah ke sektor-sektor lainnya seperti manufaktur, keuangan, media, tambang, transportasi, kesehatan, pertahanan, dan bahkan industri hiburan. Menurut beberapa ilmuwan di dunia, di masa yang akan datang, AI justru akan terus berkembang pesat dan tidak ada aspek kehidupan manusia yang tidak tersentuh oleh AI.

Baca Juga: Keren, Startup Ini Bawa Menu Elektronik Dilengkapi AI ke Meja Restoran

Semakin berkembangnya AI, banyak yang khawatir bahwa pekerjaan manusia akan semakin terkikis. Kekhawatiran itu tampak dari ungkapan Stephen Hawking bahwa AI merupakan awal dari kepunahan ras manusia. Pernyataan itu juga dibenarkan oleh Elon Musk. Ia merupakan salah satu kritikus yang paling keras terhadap munculnya teknologi AI.

Perbedaan pendapat antarilmuwan membuat perdebatan mengenai AI hingga saat ini terus berlangsung. Dari arah berlawanan yang menganggap AI adalah sesuatu yang negatif bagi manusia, justru ada sebagian ilmuwan yang berpendapat bahwa AI akan menciptakan lebih banyak pekerjaan jangka panjang di masa depan, termasuk di Indonesia.

Entah disadari atau tidak, AI sebenarnya telah merasuk ke dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Terlebih lagi belakangan ini. Meskipun belum memiliki komplesitas seperti di China, AI di Indonesia telah tampak dalam bentuk yang sederhana.

Baca Juga: Artificial Intelligence Bantu Optimalkan Bisnis di Singapura

Salah satunya adalah penggunaan chatbot, program komputer yang didesain untuk menstimulasi percakapan dengan pengguna manusia dalam sebuah platform berbentuk teks ataupun audio. Penerapan itu telah banyak dijumpai dalam platform pesan instan, seperti Line, WhatsApp, Telegram, dsb.

Pengembangan itu selaras dengan hasil survei mengenai prospek AI di Asia Tenggara oleh SAS dan IDC Asia/Pacific pada 2018. Survei tahunan bertajuk “IDC Asia/Pacific Enterprise Cognitive/AI Survey” yang dirilis Juli 2018 tersebut menemukan bahwa adopsi AI di Asia Tenggara memang tengah menanjak dengan Indonesia memimpin tren positif.

“Kami memperkirakan investasi di AI akan terus meningkat, karena semakin banyak organisasi mulai memahami manfaat dari menanamkan AI ke dalam bisnis mereka dan bagaimana data serta analisis dapat membantu mengungkap wawasan baru,” sebut Global Research Director, Big Data and Analytics and Cognitive/AI, IDC Asia/Pacific, Chwee Kan Chua dalam rilis yang dikutip dari Tirto.id.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: