Untuk pertama kali, Grab membeberkan jumlah uang yang telah dialokasikan untuk bisnis di Vietnam. Lewat surat kepada Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc, penyedia layanan perjalanan gaya hidup multinasional itu mengungkapkan mereka telah menyalurkan lebih dari US$100 juta ke Vietnam sejak tahun 2014 silam.
Surat itu tak menyebutkan jumlah pendapatan dan laba Grab dari bisnis di Vietnam. Namun, dalam rentang waktu 2014-2016, perusahaan telah mengindikasikan, mereka telah menderita kerugian sebesar VND938 miliar (setara Rp565 juta).
Melansir KrASIA (4/3/2019), Grab memang telah lama dikabarkan membakar uang dalam menghadapi persaingan di Vietnam. Adapun, kompetitornya di Vietnam terdiri atas: Go-Viet, startup baru Fastgo, Aber, dan Vato, serta operator taksi lokal Vinasun.
Baca Juga: Go-Viet Kuasai 35% Pasar Transportasi Online Roda 2 di Vietnam
KrASIA telah mengikuti pertempuran hukum Grab dengan Vinasun dengan cermat. Grab mengajukan banding atas putusan pengadilan yang menyatakan perusahaan harus membayar ganti rugi sebesar US$206.000 kepada Vinasun setelah Vinasun menderita "kerugian" karena kehadiran Grab. Banding akan didengar bulan ini.
Sebelumnya, pada minggu lalu, tepatnya Kamis (28/2/2019), Grab resmi menyandang status decacorn. Investor yang menyokong valuasi itu antara lain Softbank, Toyota Motor Corporation, Tokyo Century, Hyundai Motor Company, dan Booking Holdings.
Baca Juga: Investor Kelas Kakap Ini yang Sokong Grab Jadi Decacorn
Akhir tahun lalu, Grab dilaporkan baru saja mengantongi pendanaan Rp4,3 triliun (US$3 miliar). Total pendanaan US$3 miliar itu menambah total valuasi Grab lebih dari US$11 miliar (Rp158,6 triliun).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Cahyo Prayogo