Setelah bertahun-tahun melintasi jembatan kayu nan rapuh, warga desa Tanjung Padang kini bersukacita. Jembatan lapuk kini tergantikan dengan jembatan kokoh yang terbangun atas kesuksesan menjaga desa dari potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dalam dua tahun terakhir.
Manfaat positif menjaga lingkungan dirasakan warga Tanjung Padang yang masih bersekolah, Julizar (19). Kerap terperosok saat melintasi jembatan kayu, pelajar yang bercita-cita menjadi bupati tersebut kini semakin dimudahkan untuk menggapai mimpinya karena akses menuju sekolah yang tak lagi sulit.
Sebelumnya, perjalanan Julizar menuju dan pulang sekolah yang berjarak 24 km penuh dengan rintangan. Masih belum memadainya infrastruktur jalan jadi kendala utama, khususnya saat melintasi jembatan kayu tersebut. Bahkan, Julizar yang kini duduk di bangku SMA swasta di Kecamatan Tasik Putri Puyu tersebut pernah bersekolah dengan keadaan basah kuyup. Saat itu, motor yang ditumpanginya tergelincir ketika melewati jembatan, yang membuat badannya terhempas ke dalam parit sedalam satu meter.
Kejadian tersebut tak hanya sekali dialami Julizar. Tak hanya dia, teman-temannya juga mengaku kesulitan untuk melewati medan terjal menuju sekolah tersebut. Meski demikian, Julizar tidak pernah mengeluh atau mundur dengan adanya kendala tersebut dan terus bersemangat untuk mencapai mimpinya, yakni menjadi bupati untuk memajukan daerah asalnya.
Kesulitan Julizar dan teman-temannya akhirnya terobati. Pada 2018, pembangunan dua unit dwiker untuk menopang jembatan permanen dilakukan di Desa Tanjung Padang sebagai bentuk apresiasi dari PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) karena desa tersebut berhasil mencegah karhutla.
Pada tahun 2014 desa ini tercatat mengalami kebakaran hutan dan lahan sangat parah, yakni seluas 2.000 hektare. Catatan buruk tersebut berlanjut ketika pada tahun 2015 desa ini kembali mengalami karhutla sekitar 500 hektare.
Namun, semua berubah drastis ketika desa ini bergabung dalam Program Desa Bebas Api (Fire Free Village Program/FFVP) yang diinisiasi oleh RAPP. Pada tahun 2016 Desa Tanjung Padang berhasil mencegah kebakaran hutan dan lahan. Kemudian pada 2017 desa ini kembali menorehkan prestasi serupa.
Sebagai ganjarannya, Desa Tanjung Padang mendapatkan apresiasi berupa bantuan material senilai Rp100 juta atas keberhasilannya mencegah karhutla oleh RAPP. Warga desa berembuk dan memutuskan untuk mengalokasikan apresiasi tersebut dengan pembangunan jembatan yang selama ini sudah diidam-idamkan warga sekitar.
"Sekarang saya tidak takut lagi saat melintasi jembatan. Saya juga jadi semangat untuk terus menjaga kelestarian lingkungan," tutur Julizar.
Baca Juga: RAPP Ajak Anak-Anak Lawan Kebakaran Hutan dan Lahan
Crew Leader Desa Tanjung Padang, Rizal Maulana, mengatakan Program Desa Bebas Api telah menyadarkan masyarakat untuk menjaga lahan dan tidak lagi membuka lahan dengan cara membakar. Kepedulian masyarakat semakin tinggi setelah desa mereka mendapat apresiasi dari RAPP berupa pembangunan jembatan tersebut.
Rizal mengatakan akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar konsisten mencegah kebakaran lahan. Ia mengatakan dirinya bersama warga desa juga akan terus menggalakkan kegiatan pembukaan lahan tanpa bakar.
Keterlibatan Masyarakat
RAPP memiliki berbagai macam upaya untuk menjaga lingkungan dan mencegah karhutla, salah satunya Program Desa Bebas Api (Fire Free Village Programme/FFVP). Program ini menekankan keterlibatan masyarakat dalam upaya mencegah karhutla dan memberikan penghargaan kepada desa yang mampu menjaga komitmen dalam pelestarian lingkungan.
Tercatat, pada tahun 2014 ada empat desa yang menjadi peserta Program Desa Bebas Api. Kemudian pada tahun 2015 jumlah peserta naik menjadi sembilan desa. Pada 2016 melonjak dua kali lipat jadi 18 desa. Pada 2017 jumlah peserta 18 desa. Lalu pada 2018 jumlah peserta sebanyak sembilan desa.
Free Fire Village Program Manager RAPP, Sailal Arimi, mengatakan ada beberapa indikator pemilihan desa peserta dalam program ini, salah satunya kondisi bentang alam dan kerawanan atas bencana kebakaran lahan. Kemudian desa peserta FFVP yang dianggap sudah mandiri dan bebas api akan melanjutkan ke fase Masyararakat Tangguh Api (Fire Resilient Community/FRC).
Baca Juga: Empat Tahun Program Desa Bebas Api RAPP Sukses Tekan Karhutla
Ia mengatakan bahwa pada tahun 2019 ini akan ada tiga desa yang menjadi peserta Free Fire Village Program. Kemudian ada sembilan desa yang menjadi peserta Fire Resilient Community. Desa Tanjung Padang sendiri merupakan salah satu desa yang berhasil naik kelas ke fase Masyararakat Tangguh Api.
"Program ini sukses membangun kesadaran masyarakat untuk bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan serta mencegah karhutla," ujar Sailal.
Dampak positif program ini terlihat dari rasio angka kebakaran yang turun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2013 area yang terbakar mencapai 0,30% dari total area tercakup. Angka tersebut turun menjadi 0,18% pada tahun 2014. Kembali turun menjadi 0,07% pada tahun 2016. Kemudian terus turun hingga mencapai 0,02% pada tahun 2018 lalu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: