Bisnis jaringan hotel melalui Virtual Hotel Operator (VHO) tengah menjadi tren dunia. Perkembangan bisnis ini bisa dikatakan menjadi gangguan serius bagi pelaku bisnis hospitality atau hotel manajemen tradisional. Di mana banyak hotel-hotel kecil memilih bergabung VHO dan membentuk jaringan yang lebih besar, mengalahkan pemain hotel manajemen tradisional.
Chief Financial Officer OYO Hotels & Homes, Abhishek Gupta mengatakan, pasar dalam bisnis perhotelan sangat besar dan terus berkembang sehingga menimbulkan kesenjangan antara pertumbuhan permintaan dan penawaran.
"Sementara apa yang ditawarkan oleh OYO Hotels & Homes bersifat disruptif, dimana OYO sebagai inovator yang melakukan transformasi cara pandang untuk menghadirkan living space yang lebih baik dari hotel kecil," ujar Abhishej Gupta di Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Baca Juga: OYO Hotels Klaim Tumbuh 4,3 Kali Lipat di 2018
OYO Hotels and Homes salah satu pemain Virtual Hotel Operator (VHO) asal India misalnya, telah menjadi jaringan hotel dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Selama 2018, secara global OYO telah memiliki 485 ribu kamar, dengan nilai run rate terealisasi sekitar $1,8 miliar. Jumlah kamar tersebut, menjadikan OYO Hotel masuk dalam tiga besar dunia sebagai jaringan hotel dengan kamar terbanyak.
Secara global, OYO juga berhasil tumbuh 4,3 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kamar OYO yang terpakai, secara global juga mengalami peningkatan yang signifikan. Per Desember 2016, jumlahnya mencapai 6 juta dan meningkat menjadi 13 juta pada Desember 2017. Angka ini kembali melonjak signifikan menjadi 75 juta pada Desember 2018, dengan peningkatan 5,7 kali dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Abhishek, pertumbuhan pendapatan OYO disokong fundamental bisnis yang kuat, terutama di tiga aspek utama, kenaikan jumlah kamar eksklusif yang ditawarkan, kenaikan jumlah malam kamar yang terpakai sebesar 5,7 kali lipat, dan pertumbuhan pendapatan komisi yang konsisten.
“Kemitraan dengan OYO telah membantu peningkatan kualitas hotel lokal dan tingkat okupansi kamar hotelnya dari rata-rata dari 25% menjadi 65%,” ungkap Abhishek.
Baca Juga: Investasi US$100 Juta, OYO Sasar 100 Kota di Indonesia
Menurut Abhishek, capaian tersebut baru permulaan. Perjalanan masih panjang, OYO akan terus menjaga momentum sembari terus meningkatkan pengalaman menginap bagi masyarakat. Target jangka panjang perusahaan adalah menjadi jaringan hotel terbesar di dunia.
Secara global, OYO Hotels kini telah hadir di lebih dari 500 kota di delapan negara seperti India, Tiongkok, Malaysia, Nepal, Inggris, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Indonesia, dan Filipina. Properti yang tergabung di jaringan OYO telah menampung tamu di lebih dari 13 ribu hotel dan 6 ribu rumah di seluruh dunia.
Di Indonesia, OYO telah mengalami pertumbuhan luar biasa yakni 10 kali lipat hanya dalam waktu 4 bulan sejak resmi beroperasi pada Oktober 2018. Di lebih dari 30 kota, OYO memiliki lebih dari 360 mitra hotel dan lebih dari 11,000 kamar, dengan tingkat hunian rata-rata meningkat sebesar 75%. Tahun ini OYO ingin menjangkau 100 kota, dan setiap bulan menambah 70 hotel ke dalam jaringan hotelnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: