Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

OYO dan RedDoorz Adu Kuat Berebut Bisnis Hotel di Indonesia

OYO dan RedDoorz Adu Kuat Berebut Bisnis Hotel di Indonesia Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bisnis hotel di Indonesia kian menjanjikan. Buktinya pemain Virtual Hotel Operator (VHO) ramai-ramai menyerbu pasar Indonesia. Dua pemain OYO Hotel dan RedDoorz boleh dikatakan sedang beradu kuat untuk berebut pasar di Indonesia.

OYO Hotel, raksasa bisnis jaringan hotel asal India secara agresif melakukan eskpansi di Indonesia. Berbekal pendanaan dari Softbank, OYO mempersiapkan modal US$100 juta, sekitar Rp1,4 triliun dalam rentang waktu lima tahun ke depan, untuk memperkokoh posisinya di Indonesia. OYO bahkan mengklaim sebagai pelaku jaringan bisnis hotel dengan pertumbuhan tertinggi di dunia di tahun 2018 lalu, yang menunjukkan keseriusannya untuk memperluas jaringan hotelnya termasuk di Indonesia.

Sementara RedDoorz, dikabarkan tengah menggalang pendanaan Seri B yang dipimpin oleh modal ventura asal China, Qiming Venture Partners. Target dana yang hendak dikumpulkan mencapai US$50 juta, sekitar Rp712 miliar. Bisa tercapai, total dana yang dikumpulkan startup tersebut akan mencapai US$70 juta, sekitar Rp997 miliar. Pendanaan tersebut akan digunakan untuk kebutuhan branding jaringan hotel dan memperkokoh infrastruktur RedDoorz, terutama dari segi teknologi dan kebutuhan ekspansi.

Baca Juga: OYO Hotels Klaim Tumbuh 4,3 Kali Lipat di 2018

Selain dua nama tersebut, ada beberapa pemain VHO yang lebih dulu eksis, seperti Airy Rooms sekarang Airy Indonesia, ZenRooms, NidaRooms, Tinggal Zuzu Hotel. Beberapa nama tersebut dikabarkan sudah berhenti beroperasi, seperti Tinggal yang putar haluan ke bisnis SaaS, dan Nida Rooms berubah menjadi Nida Hotel.

Beberapa pemain terdahulu tersebut kurang berkembang di Indonesia karena pendanaan yang diterima tidak berlanjut. ZenRooms saat berdiri tahun 2015 berbekal pendanaan US$8 juta, dan NidaRooms di tahun yang sama berbekal dana US$11 juta, demikian juga dengan Tinggal yang hanya dibekali US$1 juta. Kecilnya modal dan mungkin karena momentum yang belum tepat, bisnisnya kala itu tidak berkembang dengan pesat.

Namun ada nama yang saat ini masih bertahan, yakni Airy, tidak diketahui berapa pendanaan yang diterima saat berdiri tahun 2015. Nasih baik dialami oleh startup ini, yang berkembang dengan baik dan bertahan hingga sekarang, tengah total kunjungan sekitar 3 juta per bulan.

Baca Juga: Pegang Erat Strategi, Keberhasilan RedDoorz Lagi dan Lagi

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: