Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

CAD, PR Indonesia Jaga Stabilitas Ekonomi di 2019

CAD, PR Indonesia Jaga Stabilitas Ekonomi di 2019 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) meyakini kondisi ekonomi Indonesia tahun ini akan lebih baik dan stabil dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, dari tiga faktor yang menjadi hambatan, tinggal satu pekerjaan rumah (PR) lagi bagi BI dan pemerintah untuk diselesaikan, yakni menurunkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Sementara dua faktor lainnya ialah kebijakan suku bunga the Fed dan inflasi dinilai aman.

Bank sentral mencatat defisit transaksi berjalan mencapai US$31,1 miliar atau 2,98% dari PDB sepanjang 2018. Sementara di kuartal IV 2018, defisit transaksi berjalan mencapai US$9,1 miliar atau 3,57% dari PDB.

"Jadi, dari tiga faktor itu tinggal satu faktor yang kami harus pantau dan itu penting untuk kebijakan moneter ke depan, tapi yang BI sudah sampaikan di RDG minggu lalu, yaitu BI memastikan bahwa likuiditas itu akan cukup, likuiditas akan ada di sistem perbankan untuk perbankan bisa tumbuh kreditnya," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Jakarta, Rabu (27/3/2019).

Baca Juga: BI Proyeksi Kebijakan B20 Mampu Tekan CAD 0,2% di 2019

Dia mengatakan, BI bersama pemerintah telah berkoordinasi dan melakukan reformasi struktural guna menurunkan defisit transaksi berjalan hingga 2,5% dari PDB pada tahun ini. Reformasi struktural yang dilakukan BI bersama pemerintah ialah mengendalikan impor, mendorong ekspor, dan mengembangkan pariwisata guna meningkatkan devisa negara dari sektor ini.

"Kami selalu sampaikan bahwa CAD kita harus usahakan berada di bawah 3%, kita harus berusaha akan menuju ke 2,5% dari PDB. Kita harus usahakan dalam jangka menengah panjang, kita harus buat structural reform, di mana CAD bukan tidak boleh, boleh namanya juga impor, pasti ada apalagi capital goods, tapi jangan di atas 2% PDB," jelas Mirza.

Sementara terkait kebijakan suku bunga AS, Mirza meyakini suku bunga AS hampir mencapai puncaknya sehingga tidak memungkinkan bagi the Fed menaikkan suku bunganya seperti pada 2018. Kalau pun naik, lanjut Mirza, paling hanya satu kali tahun ini atau bahkan tidak naik sama sekali.

"Terkait fed policy-nya, mudah-mudahan lebih jinak dibanding periode 2013-2018, jadi itu membantu situasi pendanaan di Indonesia. Fed policy ini akan memengaruhi aliran modal masuk ke Indonesia atau aliran modal keluar dari Indonesia," katanya.

Baca Juga: Inflasi Aman, Fokus BI Kini ke Defisit Transaksi Berjalan

Kemudian faktor terakhir, yakni inflasi. Kata Mirza, inflasi Indonesia selama empat tahun terakhir selalu terjaga dengan baik di kisaran 3% sampai 3,5%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang 2018 terjadi inflasi sebesar 3,13%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi periode 2017 yang sebesar 3,61%.

"Dan itu adalah salah satu hal yang bisa, kenapa BI juga bisa menjaga stabilitas dengan baik, itu juga adalah salah satunya karena inflasi terjaga dengan baik," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: