Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Gig Economy?

Apa Itu Gig Economy? three men laughing while looking in the laptop inside room. | Kredit Foto: Unsplash/Priscilla
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dunia kerja di era industri 4.0 kini telah banyak yang berubah. Para pekerja tetap telah banyak yang tergantikan oleh pekerja lepas atau freelancer.

Perubahan itu digambarkan dengan istilah Gig Economy. Melansir dari Investopedia (29/3), Gig Economy memiliki arti suatu kondisi perekonomian di mana terjadi pergeseran status para pekerja perusahaan, yang umumnya merupakan tenaga kerja permanen menjadi karyawan kontrak sementara (short-term contract), independent workers, maupun karyawan tidak tetap (temporary workers).

Konsep kerja seperti ini telah ada sejak lama. Istilah ini mulai populer sekitar puncak krisis keuangan tahun 2008-2009.

Sistem ini merujuk pada istilah maraknya pekerja freelance, atau staf yang direkrut untuk proyek-proyek jangka pendek, atau pada saat dibutuhkan saja. Secara tidak sadar, Gig Economy sudah berkembang di Indonesia, namun kebanyakan saat ini hanya berpusat pada industri transportasi online, ataupun pekerja dengan skill atau keahlian tertentu.

Baca Juga: 5 Aplikasi Baru Terpopuler untuk Pengusaha dan Freelancer

Para perusahaan utamanya industri kreatif kelas menengah dan startup saat ini cenderung lebih efektif menerapkan Gig Economy. Pasalnya, dengan memanfaatkan tenaga kerja freelancer yang memiliki kemampuan tak jauh berbeda dengan pekerja tetap, mereka bisa mengurangi pengeluaran yang seharusnya diberikan kepada pekerja tetap (asuransi kesehatan, Tunjangan Hari Raya, dsb).

Di balik maraknya Gig Economy, istilah lain yang mendukung fenomena ini juga turut bermunculan, yakni on-demand workers, pekerja yang “mau bekerja” disaat butuh atau dibutuhkan saja.

Melansir dari Majalah Forbes, pada tahun 2030 mendatang, milenial diprediksi tidak akan betah bekerja dengan model pekerja tetap seperti saat ini dan lebih memilih on-demand workers.

Ternyata on-demand workers sekarang bukan hanya diminati oleh perusahaan rintisan (startup) saja, melainkan perusahaan besar seperti Samsung pun tertarik karena dirasa memberikan dampak positif terhadap perusahaan.

Baca Juga: Serangan Malware Intai Para Freelancer, Simak 6 Tips Keamanan Siber Ini!

Selain karena menguntungkan dari segi finansial, perusahaan yang mempekerjakan freelancer juga diuntungkan dari segi inovasi. Pasalnya, mengutip dari Markerteers, pekerja freelancer lebih memiliki ide-ide segar dan baru yang out of the box.

Melihat dari sisi pekerja, fenomena Gig Economy juga memberikan dampak buruk bagi mereka yang tak pandai beradaptasi dan bereksplorasi. Bagi seorang freelancer yang terampil, mereka dapat dengan mudah bekerja di manapun dengan fleksibel dan memperoleh penghasilan yang baik.

Namun, bagi mereka yang ternyata tidak memiliki keterampilan yang mumpuni, mereka akan merasa amat kesulitan mencari pekerjaan. Kendati demikian, sistem semacam ini dinilai dapat mengurangi ketidaksetaraan yang terjadi di pasar tenaga kerja.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: