Airlangga: Produksi Serat Viscose-Rayon Dorong Ekspor, Kurangi Ketergantungan Impor
Asia Pacific Rayon (APR) yang merupakan produsen serat viscose-rayon terintegrasi pertama di Indonesia, berkomitmen untuk mendukung pengembangan serta daya saing industri tekstil dan fesyen dalam negeri di kancah internasional.
Melalui acara bertajuk Revitalizing Indonesia Textile Industry: Plantation to Fashion yang digelar Jumat (29/03/2019) di Grand Mercure Hotel Jakarta, APR menunjukkan eksistensinya sebagai pelaku industri yang mengutamakan aspek berkelanjutan dan menerapkan quality control terbaik dalam proses produksi.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai hadirnya APR sebagai produsen serat viscose-rayon memberikan dampak yang sangat positif dalam mengurangi ketergantungan impor bahan baku mentah saat ini sekaligus memperkaya industri tekstil Indonesia.
Baca Juga: Produsen Serat Viscose Terintegrasi Pertama Asia Tampil di Pameran Industri Tekstil
"Operasional APR juga sejalan dengan agenda pemerintah, yakni memprioritaskan pengembangan industri tekstil untuk mencapai Making Indonesia 4.0," ujar Airlangga.
Sementara itu, di kesempatan yang sama, Direktur APR Basrie Kamba menyampaikan bahwa APR telah memulai produksi dan dalam tahap untuk berkembang menjadi produsen serat viscose-rayon terintegrasi terbesar di dunia.
"Saya ingin menegaskan kembali dukungan kami terhadap aspirasi Indonesia untuk mengembangkan industri tekstil secara strategis dan dapat bersaing secara global," ujar Basrie dalam acara yang juga dihadiri Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
"Saya melihat hal ini sebagai awal dari era baru untuk industri tekstil. Salah satu tujuan utama kami adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, mendukung industri tekstil berinovasi, serta memberikan multiplier effect, termasuk untuk pengembangan UMKM," lanjutnya.
Baca Juga: Produk Viscose-Rayon Milik APR Dipajang di Indo Intertex 2019
Didirikan dengan investasi lebih dari Rp10,9 triliun (US$740 juta), fasilitas produksi baru APR yang berbasis di Riau ini memiliki kapasitas 240.000 ton dan telah berkomitmen untuk mengekspor sedikitnya 50% dari hasil serat viscose-rayon mereka, di mana sisanya ditargetkan untuk produksi dalam negeri.
Pasokan APR berasal dari hutan tanaman industri yang dikelola secara berkelanjutan, di mana dissolving pulp yang dikonsumsi dapat dilacak secara keseluruhan dan memiliki sertifikasi internasional. Hal ini sesuai dengan kepentingan untuk berproduksi secara berkelanjutan untuk pengembangan industri.
"APR berkomitmen untuk berproduksi dengan standar lingkungan tertinggi. Selain itu, serat viscose-rayon yang dihasilkan APR sesuai dengan komitmen keberlanjutan (sustainable) perusahaan, di mana fasilitas produksi kami didukung oleh biomassa terbarukan, menggunakan teknologi terbaik untuk memastikan efisiensi energi yang maksimal dalam operasi kami," papar Basrie.
Basrie juga menambahkan, dengan menerapkan produksi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan dapat menciptakan keuntungan pasar bagi pelangga APR dan membantu membangun reputasi kelas dunia bagi viscose-rayon Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: