Bisnis ritel di Indonesia mengalami kelesuan dalam dua hingga tiga tahun terakhir. Banyak spekulasi dikemukanan, salah satunya perkembangan e-commerce menjadi kambing hitam penyebab lesunya ritel offline. Namun, apakah benar demikian?
Yongky Susilo, Consumer Behavior Expert Board Expert Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), mengungkapkan, perlambatan atau penurunan kinerja penjualan ritel konvensional bukan disebabkan oleh perkembangan e-commerce. Sebab dari total revenue ritel di Indonesia, yang berasal dari belanja online sekitar 2-3% saja. Total ritel di Indonesia memiliki nilai mencapai Rp8.000 triliun. Sementara e-commerce baru mencapai Rp120 triliun.
Baca Juga: Ritel Masih Bisa Kok Bersaing dengan E-Commerce, Berikut Strateginya
''Pertumbuhan e-commerce memang cepat sekali, tetapi base-nya masih sangat kecil. Jadi, kalau dibilang e-commerce yang menyebabkan ritel konvensional slow down, itu tidak benar," ungkap Yongky saat berbincang dengan wartawan di Jakarta belum lama ini.
Menurut Yongky, melambatnya sektor ritel lebih dipengaruhi oleh krisis global yang juga berimbas ke Indonesia. Dan itu pun dialami oleh negara-negara emerging lainnya. Kondisi itu membuat masyarakat menurunkan konsumsi ke produk yang lebih murah dan cenderung mengurangi konsumsinya. Termasuk belanja fast moving consumer goods (FMCG) ikut mengalami penurunan.
Kondisi seperti ini seperti terjadi pada 2008, 2011, dan 2013. Namun, yang biasanya kondisi seperti itu hanya berlangsung sekitar enam bulan, tahun ini berlangsung sekitar tiga tahun. Namun, tahun ini, menurut Yongky, sudah mengalami perbaikan. Bulan ini, setelah pemilihan presiden hingga hari raya Idul Fitri diprediksi akan mengalami kenaikan tajam.
Baca Juga: Masa Depan Sektor Ritel
Perbaikan itu dapat dilihat dari perilaku konsumen yang kembali menyukai produk-produk yang lebih mahal. Toko yang lebih besar seperti supermarket akan semakin ramai. Ke depan, menurutnya, akan semakin banyak masyarakat yang mewujudkan mimpi mereka untuk memiliki kulkas, AC, mobil hingga rumah.
"Jadi, yang men-drive ekonomi itu bukan teknologi, tapi mimpi. Dengan perbaikan ekonomi, masyarakat akan mewujudkan mimpi mereka," ujar Yongky.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: