Sebuah website atau aplikasi dinyatakan layak jika telah melewati metode pengujian. Melalui A/B Testinglah kelayakan itu bisa dibuktikan. Apa itu A/B Testing?
A/B Testing adalah sebuah metode yang digunakan untuk membandingkan dua jenis dari sebuah tampilan aplikasi, baik itu web, android, maupun aplikasi lainnya sehingga dapat digunakan untuk menentukan jenis mana yang lebih unggul.
Berdasarkan keterangan dari VWO, proses ini bukanlah sekadar bagian waktu untuk merapikan website; upaya ini adalah satu-satunya cara untuk meningkatkan kualitas halaman dalam sebuah situs web. Apabila menjalankan A/B testing dengan baik dan benar, upaya ini akan secara signifikan meningkatkan conversion rate pada website secara otomatis. Ini adalah cara termudah dan termurah untuk meningkatkan standar dari website.
Baca Juga: Apa Itu Growth Hacking?
A/B Testing adalah praktik menampilkan 2 varian laman web yang sama ke segmen pengunjung situs web yang berbeda secara bersamaan dan membandingkan variasi mana yang mendorong lebih banyak konversi. Yang memberikan konversi lebih tinggi, itulah pemenangnya.
Metrik untuk konversi setiap situs web berbeda-beda. Untuk e-commerce, mungkin konversinya adalah penjualan produk, sedangkan untuk B2B, yakni generasi prospek yang berkualitas.
Cara Kerja A/B Testing
Mengutip dari Labana, untuk memahami cara kerja A/B Testing, Anda bisa memperhatikan gambaran berikut:
Untuk sebuah campaign didesain dengan sebuah landing page yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pengujian utama dalam split test ini. Variasi yang dipakai adalah perbedaan warna headline. Untuk A/B testing sederhana ini, kita ingin mengetahui seberapa baik performance yang didapat dari masing-masing variasi dengan metric yang dipakai adalah conversion rate yang diperoleh dari tiap-tiap variasi.
Dengan menggunakan A/B Testing, traffic yang diperoleh website tersebut akhirnya dibagi menjadi dua sebanyak 50% dan 50%. Kemudian, dari traffic tersebut, diperoleh data mengenai berapa conversion yang diperoleh hingga akhirnya memperoleh conversion rate untuk tiap-tiap sampel.
Baca Juga: Yuk Unduh Tools Ini untuk Tracking Keuangan Bisnismu, Berikut Daftarnya
Katakanlah dengan variasi A diperoleh conversion rate hingga 18% sementara untuk variasi B hanya 15%. Akhirnya, dari data tersebut, kita akan mengetahui mana model yang paling ideal untuk dipakai dan model itulah yang nantinya akan terus dikembangkan sehingga memperoleh hasil yang maksimal untuk sebuah produk.
Variasi yang bisa diuji dalam A/B Testing ini pun beragam, dari mulai perbedaan headline, warna pada call-to-action sebuah campaign, hingga tata letak. Intinya, A/B Testing memungkinkan kita untuk mengetahui perbandingan respons dari user mengenai suatu produk yang kita tawarkan melalui pengujian sederhana dan cara-cara yang praktis. Dengan mengetahui mana produk yang memiliki performa terbaik, selanjutkan kita bisa melakukan improvisasi serta mengeliminasi berbagai fitur yang tidak bekerja secara efektif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: