Kementrian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan ekspor produk tenun dan batik pada 2019 mencapai angka US$58,6 juta atau naik 10% dibanding capaian tahun lalu sebesar US$53,3 juta. Ekspor batik Indonesia mayoritas dikapalkan ke negara maju seperti Jepang, Belanda dan Amerika Serikat.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Ngakan Timur Antara mengatakan pihaknya gencar mendorong pelaku industri nasional untuk terus menciptakan inovasi produk.
“Saat ini, penguatan inovasi bagi sektor industri menjadi sangat penting. Langkah ini perlu kolaborasi dengan seluruh stakeholder,” kata Ngakan di Jakarta, Selasa (9/4/2019).
Ngakan optimistis, pengembangan industri melalui inovasi dan teknologi akan berperan dalam peningkatan produktivitas dan kualitas secara efisien.
“Menurut para cendekia, istilahnya adalah technology will always win,” ungkapnya.
Baca Juga: Begini Curhat Pengrajin Kain Songket pada Mufidah JK
Lebih lanjut, menurut Ngakan, lembaga litbang di seluruh Indonesia termasuk yang ada di bawah BPPI Kemenperin dapat menjadi penyokong utama terbentuknya ekosistem inovasi yang melahirkan riset-riset berkualitas dan memberi manfaat bagi kemajuan industri nasional.
“Guna menghasilkan inovasi yang sesuai kebutuhan di dunia industri, balai litbang Kemenperin terus berupaya menggandeng sektor swasta untuk ikut berkontribusi dalam kegiatan riset atau alih teknologi yang mendukung kemajuan sektor manufaktur nasional,” tuturnya.
Hingga saat ini, jumlah balai litbang yang ada di lingkungan BPPI Kemenperin sebanyak 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset Standardisasi (Baristand) Industri.
“Setelah sukses dengan kegiatan Innovating Jogja ditahun 2016 dan 2018, pada tahun ini Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) di Yogyakarta kembali meluncurkan kegiatan Innovating Jogja 2019,” ungkap Ngakan.
Baca Juga: Ekspor Tekstil Ditargetkan Naik Jadi US$15 Miliar
Kepala BBKB, Titik Purwati Widowati mengatakan,kegiatan Innovating Jogja tahun ini menitikberatkan pada penumbuhan usaha yang bergerak pada bidang kerajinan dan batik. Apalagi, batik merupakan salah satu produk unggulan yang berkontribusi cukup besar bagi perekonomian nasional melalui capaian ekspornya.
Berdasarkan catatan Kemenperin, nilai ekspor dari produk kriya nasional pada Januari-November 2018 mampu mencapai US$ 823 juta atau naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 820 juta. Industri kerajinan di Indonesia jumlahnya cukup banyak, yaitu lebih dari 700 ribu unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,32 juta orang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: