Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Value Investing?

Apa Itu Value Investing? Kredit Foto: Imagenesmy
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menemukan harta karun dalam investasi saham bukanlah sebuah kemustahilan jika Anda bisa menerapkan strategi nilai investasi atau value investing. Pertama kali dikenalkan oleh investor profesional di awal abad ke-20, Benjamin Graham, value investing adalah startegi investasi untuk menemukan saham super dengan harga yang lebih murah dari harga wajarnya.

Strategi tersebut dilakukan dengan berfokus pada value dari saham tertentu melalui analisis rasio fundamental perusahaan, seperti harga wajar, laba, price to earning ratio (PER), arus kas perusahaan, kemampuan membayar utang, dan prospek masa depan dari perusahaan tersebut.

Murah Tapi Bukan Murahan

Dengan melakukan analisis tersebut, seorang investor dapat menemukan saham yang harganya murah alias di bawah harga pasar, namun bukan berarti saham tersebut murahan. Simak dua contoh analisis sederhana di bawah ini untuk memahaminya.

Baca Juga: Apa Itu Blue Chip?

Harga saham perusahaan A bertengger di level Rp10.000 dengan kemampuan menghasilkan laba per saham sebesar Rp500. Dengan begitu, price to earnings ratio (PER) dari perusahaan tersebut adalah Rp10.000 /  Rp500 = 20 kali.

Sementara itu, harga saham perusahaan B bertengger di level Rp1.000 dengan kemampuan menghasilkan laba sebesar Rp20. Dengan begitu, PER dari perusahaan tersebut adalah Rp1.000 / Rp20 = 50 kali.

Dua kasus di atas menunjukkan bahwa meskipun harga saham B lebih murah, secara PER, perusahaan B lebih mahal daripada perusahaan A. Sebab, perusahaan A hanya mempunyai PER 20 kali, sedangkan perusahaan B 50 kali.

Dasar Pemikiran Value Investing

Strategi value investing diklaim menjadi strategi yang penting untuk diterapkan investor. Hal tersebut berangkat dari kemungkinan bahwa pasar salah memahami perusahaan atau meremehkan potensi penghasilan yang sebenarnya dari perusahaan tersebut.

Baca Juga: Apa Itu Insider Trading?

Seorang investor yang cerdas dapat memperkirakan berapa nilai perusahaan sebenarnya tanpa melihat di mana pasar menentukan harganya. Jika Anda telah menemukan perusahaan yang dinilai rendah, Anda dapat berinvestasi dengan harga pasar yang rendah. Ketika pasar mengetahui berapa nilai sebenarnya dari perusahaan itu, harga saham otomatis akan meningkat dan di saat itulah Anda dapat menjual saham tersebut.

Keunggulan dan Kelemahan Value Investing

Mengapa strategi value investing amat disarankan bagi para investor? Sebab, strategi ini dapat dilakukan oleh siapa pun, bukan terbatas pada investor dengan modal besar, melainkan juga investor dengan modal minim. Kuncinya, Anda harus rajin membaca dan cermat dalam menilai pasar.

Selain itu, strategi ini diakui memiliki risiko yang lebih rendah. Pasalnya, strategi value investing lebih baik diterapkan dalam jangka panjang sehingga investor dapat terhindar dari fluktuasi pasar yang umumnya terjadi dalam jangka pendek.

Baca Juga: Apa Itu Angel Investor?

Meskipun begitu, value investing mempunyai kelemahan, yaitu adanya paksaan bagi investor tersebut untuk ber-mindset investor. Artinya, strategi ini diklaim kurang cocok untuk seseorang dengan mindset trader jangka pendek.

Fluktuasi pasar dalam jangka waktu yang lebih kecil membuat seseorang cenderung mengambil keputusan secara emosional ketimbang rasional, di mana hal itu berlawanan dengan prinsip value investing yang dapat memberikan return yang optimal jika dilakukan dalam jangka panjang.

Baca Juga: Apa Itu Growth Hacking?

Selain itu, dalam strategi value investing, penting untuk mempertimbangkan intrinsic value, di mana hal itu cukup sulit untuk diukur. Intrinsic value adalah nilai sebenarnya atau nilai wajar yang terkandung dari sebuah saham. Kesulitan mengukur intrinsic value sangat bergantung pada informasi yang tersedia dan dapat diakses oleh investor tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: