Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perkantoran Konvensional Terancam, Co-Working Space Tumbuh 115%

Perkantoran Konvensional Terancam, Co-Working Space Tumbuh 115% Kredit Foto: Unsplash/Johnson Wang
Warta Ekonomi, Jakarta -

Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) baru-baru ini merilis Jakarta Property Market Update Kuartal I 2019 dan memaparkan beberapa temuan yang menarik dalam laporan tersebut.

Pertumbuhan ruang kerja bersama atau co-working space yang semakin masif ternyata mampu menjadi solusi terhadap turunnya permintaan sewa gedung perkantoran premium dan kelas A di kawasan pusat bisnis (CBD) Jakarta. Disebutkan bahwa penyerapan ruang perkantoran saat ini mencapai 97.500 meter persegi.

Kepala Research JLL, James Taylor mengemukakan, di kuartal I 2019, 55% dari ruang perkantoran diisi oleh perusahaan berbasis teknologi seperti platform laman pemasaran (marketplaces), layanan perjalanan, gim daring (game online), serta finansial teknologi dan co-working space.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, co-working space telah tumbuh sebesar 115% dengan ruang sebesar 74.000 meter persegi di 2016 menjadi 160.000 meter persegi di kuartal I 2019.

Penelitian ini mengategorikan ruang kerja fleksibel (co-working space) sebagai aktor yang paling aktif berkontribusi dalam penyerapan ruang perkantoran, mencapai lebih dari 40% di kuartal I 2019.

Riset JLL menemukan 47 operator co-working space di Jakarta. CoHive mendominasi dengan penyerapan sebanyak 26%, diikuti WeWork sebanyak 14%, Regus 11%, dan Gowork 10%. Co-working space lainnya, seperti Marquee, Kolega, dan CEO Suite menyerap kurang dari 4%.

Baca Juga: Pantas Aja Banyak Startup yang Tertarik, Ternyata Ini Sisi Spesial Kerja di Co-Working Space

Mayoritas co-working space dan ruang kerja konvensional terletak di kawasan pusat bisnis (CBD) Jakarta, meliputi Thamrin-Sudirman, Rasuna Said, SCBD, dan kawasan Mega Kuningan.

Pertumbuhan co-working space yang sangat pesat tidak mengherankan, terutama karena mereka menjawab kebutuhan ruang perkantoran yang modern. Co-working space biasanya menawarkan pengalaman baru yang mengasyikkan dengan kebersamaan yang menginspirasi pekerja di lokasi-lokasi tersebut, juga memenuhi standar teknologi termutakhir, sebagai syarat mendorong inovasi dan meningkatkan produktivitas.

Selain itu, co-working space seperti CoHive memberikan solusi satu atap terhadap tantangan yang dihadapi perusahaan saat membuka lokasi kantor baru, seperti syarat hukum yang kompleks, uang muka yang terlalu besar, dan biaya fit-out yang tinggi, terutama saat mencari lokasi dengan akses mudah ke berbagai komunitas dan layanan.

"Saat ini  semakin banyak perusahaan besar dan BUMN yang mengincar ruang kerja bersama karena fleksibilitas dan efisiensinya, mengingat tidak akan ada aset yang terbuang begitu saja ketika periode sewa berakhir," kata James melalui siaran pers, Senin (7/5/2019).

James menambahkan, "Perkantoran konvensional akan menjual ruang kantor mereka dalam jumlah besar dan kontrak jangka panjang. Ini masalah bagi startup dan UKM, bahkan perusahaan besar yang hanya mencari ruang untuk ditempati divisi perusahaan yang kecil."

Penyedia layanan co-working space telah berkontribusi terhadap meningkatnya tingkat okupansi di CBD, di mana saat ini telah mencapai 76%.

Namun, perkantoran premium dan kelas A di kawasan CBD mengalami tren penurunan dengan pertumbuhan negatif sebanyak 1,1% dari kuartal ke kuartal. Sebaliknya, tingkat okupansi di kawasan non-CBD seperti TB Simatupang meningkat terus-menerus siring waktu.

"Pemilik properti ruang perkantoran premium dan kelas A di kawasan CBD akan menghadapi masalah dalam mencari penyewa. Tingkat okupansi yang naik terus disebabkan besarnya peningkatan pasokan yang melebihi jumlah permintaan, yang berdampak pada banyaknya ruang kosong di gedung perkantoran premium di kawasan CBD," jelas James.

Baca Juga: "Co-Working Space" Jadi Ciri Kantor Startup: Biar Kayak di Rumah Sendiri, Ya?

Solusi untuk mengatasi masalah okupansi ini adalah penyedia layanan co-working space yang terus berkembang dan memperluas bisnisnya untuk memenuhi permintaan perusahaan rintisan berbasis teknologi dan UKM.

"Seperti halnya agen perjalanan mempertahankan arus penumpang yang stabil untuk mengisi kursi di pesawat, co-working space dapat membuat semua ruang perkantoran di kawasan CBD terisi dengan berbagai penawaran yang fleksibel," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: