Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

IHSG Anjlok Bukan Karena Mitos 'Sell in May'

IHSG Anjlok Bukan Karena Mitos 'Sell in May' Aktivitas pekerja di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (12/10). IHSG ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan pada level 5.756,49 atau naik 0,94 persen (53,67 poin). | Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Memasuki bulan Mei ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak negatif dan nilai tukar Rupiah juga bergerak melemah. Ada mitos di pasar saham “sell in May and go away”.

 

Menanggapi hal tersebut, Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Andrian Tanuwijaya, mitos sell in May and go away didasari oleh kepercayaan bahwa secara historis di Amerika Serikat pasar saham cenderung melemah di periode Mei hingga Oktober. 

 

Namun apabila diimplementasikan ke pasar saham Indonesia, berdasarkan data historis mitos tersebut tidak berlaku. "Menilik kinerja IHSG dari tahun 1998 hingga 2018, hanya 8 kali terjadi kinerja negatif selama periode Mei - Oktober,” ucapnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (17/5/2019). 

 

Baca Juga: Meski Turun Dalam, IHSG Masih BIsa Naik ke Level 7,100

 

Namun lanjut Andrian, memang memasuki pertengahan tahun ini pergerakan IHSG dan Rupiah relatif lebih fluktuatif. Pada periode ini Rupiah cenderung melemah karena memasuki periode pembayaran dividen. 

 

Selain itu, juga memasuki periode Ramadhan dan libur Lebaran di pertengahan tahun, di mana pada periode ini perdagangan pasar saham relatif lebih sepi. 

 

Baca Juga: Kondisi Makro, Politik, dan Perang Dagang Lah yang Buat IHSG Keok

 

Faktor-faktor ini merupakan faktor musiman yang mempengaruhi volatilitas pasar dalam jangka pendek. Meski begitu, harusnya melihat potensi pasar berdasarkan faktor fundamentalnya. 

 

“Sejauh ini kami memandang fundamental pasar masih tetap sehat. Kinerja emiten kami ekspektasi tetap tumbuh positif tahun ini dan kondisi makroekonomi Indonesia juga tetap baik. Kami berpendapat volatilitas pasar dalam jangka pendek dapat menjadi peluang bagi investor untuk berinvestasi secara bertahap,” pungkasnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: