Salah satu produsen dolomit terbesar di Indonesia PT Polowijo Gosari mendukung Program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) Kementerian Pertanian (Kementan) yang ditargetkan tahun 2019 ini seluas 500.000 hektare (ha).
Chief Marketing Officer Polowijo Gosari, Adhie Widihartho, mengatakan bahwa saat ini perusahaan fokus pada tanaman pangan, meskipun sebelumnya komoditas perkebunan sawit.
"Polowijo Gosari berkecimpung di sektor pertanian sejak 40 tahun lalu. Salah satu produk Polowijo yakni superdolomit yang sudah dikenal luas di sektor pertanian," jelas Adhie pada acara Buka Puasa Bersama dengan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) di Jakarta, Sabtu (25/5/2019).
Baca Juga: Stok Pupuk Subsidi Nasional Capai 1,32 Juta Ton untuk 3 Bulan ke Depan
Menurutnya, adanya Program Serasi Kementan permintaan dolomit terus meningkat. "Dolomit dimanfaatkan untuk menetralisir lahan rawa yang masam. Dengan dolomit lahan rawa kini bisa tanam dua kali dalam setahun dari biasanya hanya satu kali," katanya.
Adhie menyebutkan kebutuhan dolomit pada lahan bukaan baru lahan rawa yang belum ditanami membutuhkan empat ton per ha. "Jadi, permintaan dolomit di lahan rawa cukup besar," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa saat ini produktivitas tanaman padi pada lahan rawa yang pernah tanam hanya sebesar 3 ton/ha, sedangkan yang belum pernah tanam 2 ton/ha "Dengan dolomit kesuburan lahan rawa meningkat sehingga produktivitas juga pasti akan naik," terangnya.
Adhie mengakui dolomit mampu memperbaiki kondisi lahan pertanian dan sekaligus meningkatkan kesuburan tanah.
"Keunggulan dolomit yang digunakan pada lahan pertanaman padi di Jawa, ternyata tanaman padinya lebih tahan terhadap hawa wereng batang cokelat. Jadi, dolomit bukan hanya memperbaiki kesuburan tanah, tapi juga meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama penyakit," ujarnya.
Menurutnya, kemampuan dolomit memperbaiki kondisi tanah tidak dimiliki pupuk organik umumnya. Bahkan sebenarnya dolomit juga sudah bagian dari pupuk organik dan bukan pupuk kimia. "Kelebihan dolomit karena mengandung Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Zat itu sangat dibutuhkan tanah yang rusak dan masam untuk meningkatkan kesuburan lahan," ujarnya.
Baca Juga: Pemerintah Dorong Peternak Sapi Bangun Industri Pupuk dan Gas
Dia menuturkan, sekarang tantangan yang dihadapi oleh perusahaan adalah maraknya pemalsuan produk dolomit. "Sulit membedakan dolomit dan kapur. Untuk itu, perusahaan gencar melakukan sosialisasi dan edukasi tentang produk asli atau palsu dolomit kepada para petani," katanya.
Produksi Dolomit 1 Juta Ton
Polowijo Gosari berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi dolomit mencapai satu juta ton di tahun 2020 seiring tingginya permintaan di pasar. "Saat ini kapasitas produksi pabrik tahun diperkirakan sebesar 600.000 ton, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya sebesar 300.000 ton," ungkap Adhie.
Dia menargetkan bahwa pada tahun 2020 produksi dolomit bisa mencapai satu juta ton. Investasi untuk pembangunan pabrik dolomit baru sekitar Rp1 triliun," kata Adhie.
Menurutnya, permintaan dolomit selain untuk pertanian juga digunakan sebagai bahan baku industri keramik, kaca, tambak ikan, dan aluminium alloy. "Artinya, pohon industri dolomit cukup banyak. Dolomit itu sumber kehidupan," katanya.
Sementara itu, cadangan dolomit yang dimiliki Polowijo Gosari di Gresik diperkirakan sebanyak 500 juta ton. Cadangan itu dalam bentuk gunung dolomit seluas sekitar 700 hektare (ha). "Jika setahun saja produksinya sebanyak dua juta ton maka cadangan itu bisa mencapai 250 tahun," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: