Trump dan Xi Jinping Sepakat Kendurkan Ketegangan Perang Dagang
Perang dagang yang terjadi anatara Amerika Serikat dengan China sedikit mengendur setelah kedua pemimpin negara bertemu di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Osaka, Jepang.
Kedua raksasa ekonomi dunia itu sepakat akan merundingkan kembali isu perang dagang yang telah membuat tatanan perekonomian global mengalami guncangan. Seusai pertemuan tersebut Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menegaskan akan mengurangi ketegangan atas perang dagang dengan meningkatkan kerja sama lebih lanjut.
“Kami telah mendiskusikan banyak hal dan akan kembali ke rencana awal,” ujar Trump kepada awak media seperti dikutip The New York Times, Minggu (30/6/2019).
Baca Juga: Trump-Xi Jinping Bertemu, Perang Dagang Berlalu?
Pernyataan tersebut diharapkan dapat meredam dampak perang dagang antar kedua negara yang telah berlangsung setahun lebih.
Selama itu AS dan China bersitegang dan saling menetapkan tarif impor yang berdampak pada terganggunya perdagangan kedua negara. Tak hanya itu, perang dagang juga telah menyebabkan korporasi di kedua negara mengeluarkan protes karena merasa dirugikan.
“Pemerintah AS tidak akan menjatuhkan tarif baru terhadap barang ekspor dari China selama perundingan berlangsung. China akan kembali membeli produk dari AS,” kata Trump.
Dengan demikian penerapan tarif 25% terhadap barang China senilai US$300 miliar akan ditunda. Sekitar tujuh pekan yang lalu, negosiasi untuk mengakhiri perang dagang telah menemui titik buntu dan memanas.
Baca Juga: AS-China Sepakat Berunding Lagi Soal Perang Dagang
Saat itu Pemerintah China tidak dapat menerima sebagian ketentuan yang ditetapkan Pemerintah AS. Dalam pertemuan terbaru di Jepang, Trump bahkan mencabut larangan transaksi perusahaan AS dengan perusahaan raksasa telekomunikasi asal China, Huawei.
Larangan bertransaksi dengan Huawei tersebut sempat memicu keresahan para produsen China lainnya karena merasa diperlakukan tidak adil.
“Perusahaan AS dapat kembali menjual produknya kepada Huawei,” kata Trump.
Pada Mei lalu Pemerintah AS memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam dan melarang perusahaan AS bertransaksi dengan Huawei tanpa seizin Pemerintah AS. Kebijakan itu tidak hanya merugikan Huawei, tetapi juga perusahaan AS.
Huawei menyambut baik keputusan itu. Sebelumnya pendiri dan CEO Huawei, Ren Zhengfei, mengatakan Google akan kehilangan 700 juta-800 juta penggunanya jika kerja sama kedua perusahaan dihentikan. Hal itu berkaitan dengan rencana pencabutan lisensi Android smartphone Huawei pada Agustus 2019.
Zhengfei menambahkan, perusahaannya tidak berniat beralih dari produk Google. Namun Huawei akan membuat sistem operasi (OS) sendiri jika tidak memiliki pilihan lain. HongMeng atau Oak OS dilaporkan siap dirilis pada akhir tahun ini dan dapat digunakan pada berbagai perangkat, mulai dari smartphone hingga PC.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: