Platform Ralali.com dibangun tahun 2013 lalu, boleh dibilang saat itu adalah awal mulai ramainya e-commerce, terutama Business to Customer (B2C). Namun Ralali memutuskan untuk memasuki segmen yang berbeda, yakni B2B. Alasan utamanya, karena B2C sudah terlalu ramai dan Business to Business (B2B) belum banyak pemainnya.
Saat membahas e-commerce, CEO Ralali.com, Joseph Aditya, mengatakan seharusnya menyentuh semua bagian, tidak hanya sebagian.
"Sebab pasar tidak hanya datang dari orang yang mau beli baju atau smartphone misalnya, tapi mulai dari orang mau makan, berangkat kerja, dan masih banyak lagi aktivitas lain yang dipenuhi oleh para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM)," ujar Aditya di Jakarta, Selasa (2/7/2019).
Baca Juga: Ralali Menjembatani UKM dengan E-Commerce
Jumlah UKM yang sangat besar di Indonesia mencapai 50-60 juta adalah peluang yang sangat besar untuk B2B. Terlebih lagi saat ini masih banyak pelaku usaha terutama yang tradisional, masih belum tersentuh layanan online, artinya mereka memenui kebutuhannya secara offline.
Diakui oleh Aditya, secara jumlah, user B2B lebih sedikit dibanding user B2C. Tapi secara size akan lebih besar karena transaksinya lebih banyak, jadi dari segi value akan menjadi lebih besar. Berdasarkan riset Gardner, transaksi B2B 2-4 kali lebih besar dibanding B2C.
“Jadi dari segi value, lebih gede B2B,” jelas Joseph Aditya.
Dari sisi kompetitor, lanjut Aditya, saat ini belum ada perusahaan lain yang memiliki model bisnis benar-benar sama dengan Ralali. Tapi kalau irisan memang banyak, misalkan berdasarkan segmen warung atau kios, Ralali bersaing dengan mitra O2O pelaku e-commerce B2C. Saat menyuplai restoran, Ralali bertemu dengan suplier restoran.
Baca Juga: Kembangkan Kuliner Bandung, Ralali Gelar Workshop Strategi Bisnis "Food Truck"
Ketika melihat di masing-masing segmen dan kategori produk memang banyak pesaing. Berdasarkan model bisnis B2B, yang bisnisnya direktori juga ada, seperti OLX. Ada juga B2B yang menawarkan pengadaan online, seperti Bhineka yang berjualan ke pabrik dan pemerintah.
“Tapi Ralali lebih ke platform for business, jadi lebih ke marketplace platform B2B,” jelas Aditya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: