Harga ayam yang sempat terpuruk kian membaik. Membaiknya harga ayam disebut karena mulai berkurangnya stok serta serapan yang lancar. Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) bahkan memprediksi, minggu depan harga ayam sudah bisa kembali ke kisaran harga referensi yang ditetapkan pemerintah.
Ketua Umum Pinsar, Singgih Januratmoko pun mengapresiasi langkah Kementerian Perdagangan yang mendorong penyerapan ayam potong bagi kalangan ritel. Ia meyakini langkah ini membantu harga ayam bisa terus membaik ke depannya.
“Memang lumayanlah. Semua full speed. Serapannya ramai, kemudian memang stoknya mulai berkurang,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (2/7/2019).
Baca Juga: Harga Ayam Naik, Masyarakat Diimbau Jangan Khawatir Karena...
Ia menjelaskan, kondisi jatuhnya harga ayam sudah mulai terasa sejak September 2018. Penyebabnya karena adanya oversuplai. “Memang kemarin itu stok di kandang banyak sekali. Jadi, harga ayam sampai Rp5 ribu per kilogram selama 2 mingguan,” tutur Singgih.
Namun saat ini, harga ayam sudah mulai menyentuh ke angka Rp15.000—16.000 di Pulau Jawa. Harapannya dengan upaya tambahan terkait penyerapan ayam, harga ayam potong bisa kembali menyentuh harga referensi.
Dijelaskannya, Kementerian Perdagangan sebenarnya mengatur harga ayam potong di kisaran Rp18.000—20.000. Penetapan tersebut tertuang dalam Permendag Nomor 96 Tahun 2018.
Baca Juga: Mau Naikkan Harga, Kemendag Serap Ayam Peternak
Singgih pun berharap harga ayam potong bisa kembali menyentuh harga referensi guna menutupi biaya produksi yang tinggi. Pasalnya, biaya produksi ayam potong disebut mencapai Rp18.500—19.000 per kilogram. Tingginya biaya produksi sendiri dikarenakan harga jagung yang dirasa masih mahal di kisaran Rp4.500 per kilogram.
“Insayaallah minggu depan bisa ke harga referensi,” harapnya.
Untuk menaikkan harga ayam agar tidak merugikan petenak, Kemendag telah meminta kementerian dan instansi untuk menyerap pasokan daging ayam ras potong dari peternak. Tidak hanya itu, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) pun didorong melakukan hal yang sama.
“Semua upaya ini dimaksudkan untuk menstabilkan harga ayam ras potong," jelas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Tjahya Widayanti, Senin (1/7).
Baca Juga: Harga Ayam Jadi Murah Meriah Karena Ini
Upaya lain yang dilakukan untuk mendongkrak harga ayam, lanjut Tjahya, yaitu dengan menggelar bazar daging ayam ras di lingkungan Kemendag. Di mana harga jualnya di tingkat konsumen sebesar Rp32.000/kg.
Kemendag juga mengimbau kementerian dan instansi lain turut menggelar bazar serupa. "Kami juga meminta komitmen dari para pelaku usaha perunggasan untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah sehingga kondisi ini tidak terulang kembali di masa mendatang," ucap Tjahya.
Dia menjelaskan, menurunnya harga ayam ras potong di tingkat peternak merupakan cerminan dari kondisi keseimbangan persediaan dan permintaan yang terjadi saat ini. Berdasarkan pantauan Kemendag, lanjut Tjahya, saat ini cold storage yang dimiliki masing-masing rumah potong ayam (RPA) dalam kondisi penuh.
Sebagian besar RPA bahkan harus menyewa cold storage baru untuk menyimpan karkas beku. Kondisi seperti ini belum pernah terjadi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
"Dengan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah, diharapkan keseimbangan persediaan dan permintaan ayam ras potong dapat kembali pulih kepada tingkat yang wajar dalam waktu dekat ini,” pungkasnya.
Baca Juga: Kementan-Satgas Pangan Telusuri Penyebab Besarnya Disparitas Harga Ayam
Untuk mengembalikan harga ayam ini, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Senin siang mengumpulkan beberapa pejabat di antaranya Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Badan Urusan Logistik (Bulog) di kantornya.
Beberapa pejabat terkait; Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan I Ketut Diarmita dan Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kemendag Tjahya Widayanti dan Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim tampat hadir.
Rapat koordinasi membahas kebijakan perdagangan daging sapi, impor daging kerbau serta kondisi terkini industri peternakan unggas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: