Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekspor Biji Pinang Asal Kalbar Menggeliat, Kementan Mau Lakukan Ini

Ekspor Biji Pinang Asal Kalbar Menggeliat, Kementan Mau Lakukan Ini Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bertumbuhnya ekspor biji pinang dari Kalimantan Barat (Kalbar) membuat Kementerian Pertanian lewat Badan Karantina Pertanian (Barantan) mendorong adanya investasi pengolahan biji pinang, baik menjadi produk setengah jadi maupun produk akhir.

Menurut Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian, hal tersebut agar margin keuntungan yang didapatkan bisa lebih tinggi. Hal itu disampaikannya saat melepas ekspor 162 ton biji pinang ke Thailand di Pontianak (18/7/2019).

"Ekspornya terus meningkat, ada negara tujuan baru, perlu kita apresiasi, tapi ya itu harus diolah supaya optimal," ujarnya melalui keterangan yang diterima di Jakarta.

Jamil menyebutkan bahwa dari data sistem otomasi Barantan Indonesia Quarantine Full Automation System (IQFAST), beberapa komoditas di Pontianak merambah negara baru. Seperti komoditas aquatic plant dan kelapa parut kering terjadi penambahan negara tujuan, seperti ke negara Maldives, Polandia, UK, Singapura, dan Brunei.

Ia yakin eksportasi pinang dari Kalbar akan meningkat 200%. Pada 2018 tercatat eksportasi sebesar 3.643,21 ton, sedangkan periode Januari hingga Juni 2019 eksportasi biji pinang dari Pangkalpinang mencapai 3.301,98 ton atau sebesar 90,63% dari target tahun lalu.

Baca Juga: Pasar Ekspor Minyak Sawit Indonesia Tergerus Sentimen Regulasi

Pasar biji pinang cukup luas meliputi negara India, Bangladesh, Iran, Afganistan, China, dan Myanmar. Menurut Jamil, selama ini eksportir Indonesia mengekspor biji pinang dalam bentuk mentah ke berbagai negara tujuan tersebut. Di sana, biji pinang asal Kalbar tidak hanya dikonsumsi, sebagian besarnya juga diolah kembali jadi produk atau bahan pembuat kosmetik dengan merek luar.

"Kalau kita lihat, ini kita rugi. Kita yang susah-susah nanam, mengeringkan dan seterusnya, tapi negara lain yang dapat nama, belum perhitungan marginnya. Makanya ayolah, bagaimana ini bisa kita olah dulu, baru kita ekspor," ungkap Jamil.

Selain biji pinang, ekspor kelapa dari Kalbar juga masih banyak dalam bentuk kelapa bulat. Hal itu karena perusahaan pengolahan kelapa kering masih terbatas di Kalbar. Dari informasi yang ada, jumlah perusahaan baru ada dua dan kapasitasnya belum mampu menyerap seluruh kelapa bulat yang dihasilkan oleh petani.

Menurut Jamil, Kementan lewat lima kebijakan strategisnya dalam mendorong ekspor harus didukung. Lima kebijakan tersebut meliputi mendorong pertumbuhan eksportir baru, menambah ragam komoditas ekspor termasuk mengolahnya jadi barang setengah jadi atau produk akhir, meningkatkan frekuensi pengiriman, menambah negara mitra dagang, dan meningkatkan volume ekspor.

Secara langsung, Barantan mengambil posisi pada penambahan negara tujuan melalui kerja sama perjanjian SPS (sanitary and phytosanitary) dengan negara mitra. Sedangkan program lainnya, Barantan mendorong serta memfasilitasi kerja sama, baik dengan kementerian atau lembaga lain, juga dengan melakukan inovasi pelayanan seperti IQFAST, iMace (Indonesia Map of Agricultural Commodities Export), dan e-Cert atau electronic certificate.

Untuk mendorong pertumbuhan eksportir baru, Barantan memberikan bimbingan teknik pemenuhan persyaratan teknis ekspor dalam program 'Agro Gemilang, Ayo Galakkan Ekspor' produk pertanian oleh generasi milenial bangsa.

Lebin lanjut, Jamil menjelaskan, ekspor via Kalbar, khususnya Pontianak pada 2018 volumenya tidak kurang dari 328.124,13 ton. Lima komoditas unggulan ekspor, di antaranya kelapa bulat dan parut tujuan China, Mauritius, Argentina, Turki, Afrika Selatan, Jerman, Inggris, Rusia, dan Yunani dengan total tidak kurang dari 65.006,09 ton. Lada biji tujuan Turki, India, Kanada, China, Swiss, dan Vietnam total ekspornya sebanyak 5.358,16 ton.

Sementara biji pinang banyak dikirim ke India, Bangladesh, Iran, Afganistan, China, dan Myanmar volume total ekspornya mencapai 3.643,21 ton. Untuk karet lempengan tujuan Amerika, India, Turki, Tiongkok, Meksiko, Turki, Vietnam, dan Pakistan, volume total ekspornya sebesar 91.832,24 ton. Palm Kernel Expeller juga menjadi komoditas yang laku di pasaran Vietnam, Thailand, dan Hongkong dengan total ekspor 150.467,99 ton.

Baca Juga: Kementan Siap Manfaatkan Bonus Demografi Melalui Modernisasi Pertanian

Kepala Barantan menambahkan, selain lima komoditas unggulan tersebut, pada 2018, Pontianak juga mengekspor beberapa komoditas unik yang bisa jadi peluang baru pasar ekspor. Di antaranya tanaman aquarium (aquatiq plant) yang diekspor ke Jepang, Korsel, Singapura, Amerika, Perancis, Inggris, Belanda, Denmark, dan negara lainnya dengan total volume ekspor 363.407 batang.

Sedangkan mengkudu diekspor ke Korsel dan Taiwan sebanyak 12,3 ton. Selain itu, ada juga ekspor daun kelapa sawit kering dengan negara tujuan Amerika, Hongkong dan Malaysia, sebanyak 22,53 ton. Sapu Lidi juga menjadi komoditas ekspor tujuan India, Pakistan dan Malaysia, dengan volume ekspor 749,19 ton. Nipah juga merupakan komoditas ekspor dengan tujuan India dan Pakistan, dengan total pengiriman sebanyak 225,6 ton. Terakhir sarang walet dengan pengiriman yang baru mencapai 113,65 kg.

Selain melepas ekspor biji pinang, Kepala Barantan juga melepas berbagai komoditas pertanian lainnya seperti karet tujuan China dan India sebanyak 665,58 ton, kelapa bulat tujuan China sejumlah 1.239,43 ton, 224,45 ton lada biji tujuan China, serta palm kernel expeller diekspor ke Vietnam, Thailand dan Jepang dengan volume 4.320 ton. Perkiraan total nilai ekspornya adalah Rp36,77 milirar.

Jamil juga mendorong agar pemda mampu mengoptimalkan program akselerasi ekspor tersebut. Ia menyarankan pemda bisa menggunakan aplikasi iMace dari Kementan untuk memetakan dan mengambil kebijakan positif terkait pengembangan komoditas ekspor di wilayahnya.

"Investasi ini penting, yuk yang muda-muda kita coba garap bersama, supaya kita bisa mandiri dan petani juga lebih sejahtera," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: