Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lobi Mendag Enggar Diharap Jadikan RI Ekportir Dominan Buah ke Tiongkok

Lobi Mendag Enggar Diharap Jadikan RI Ekportir Dominan Buah ke Tiongkok Kredit Foto: Antara/Didik Suhartono
Warta Ekonomi, Jakarta -

Langkah pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan ekspor produk buah-buahan ke Tiongkok dinilai positif. Pasalnya, produk hortikultura merupakan salah satu produk unggulan Indonesia. Potensinya pun dinilai besar. Lobi Mendag Enggartiasto di sana diharap bisa menaikkan kuota impor manggis, dan buah lainnya saingi Vietnam dan Thailand.

 

"Memang Indonesia unggul terutama di produk makanan minuman, tembakau, tekstil, dan juga produk-produk pertanian dan perkebunan, dan tentunya ini menjadi komoditas unggulan kita. Jadi cukup positif kalau kita kemudian bisa menegosiasikan ekspor kita ke sana," kata Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal kepada wartawan, Kamis (25/7/2019). 

 

Potensi ekspor ke Tiongkok, tercermin dari membaiknya ekspor manggis ke negara tersebut. Ia pun meyakini ekspor manggis dapat membaik seperti sebelum Negeri Tirai Bambu itu membatasi impor manggis dari Indonesia. 

 

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melakukan serangkaian langkah lobi ke China. Langkah ini diambil untuk mendongkrak ekspor ke salah satu ekonomi terbesar di dunia tersebut. Komoditas yang diharapkan menjadi pendongkrak neraca perdagangan Indonesia adalah CPO, buah-buahan dan sarang walet. 

 

Baca Juga: Temui Mauricio Macri, Mentan Sukses Wujudkan Ekspor Buah Lokal ke Argentina

 

Menteri Enggar mengharapkan dari lobi yang dilakukan, Indonesia bisa meraih setidaknya US$1 miliar per tahunnya dari ekspor sarang burung walet. Yang diprioritaskan oleh Menteri Enggar adalah komoditas yang tidak diproduksi Tiongkok. 

 

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor manggis ke Tiongkok pada 2018 tercatat sebesar 38,83 ribu ton, tumbuh hingga 324% dibandingkan ekspor pada 2017 yang hanya mencapai 9,16 ribu ton. Nilai ekspor manggis pada 2018 pun tercatat sebesar Rp474 miliar atau tumbuh 778% dari nilai ekspor pada 2017 yang sebesar Rp54 miliar.

 

Ekspor manggis ke negeri tirai bambu pernah mencapai US$36 juta pada 2012. Namun, angkanya turun drastis menjadi US$96 ribu di 2013, menyusul larangan impor manggis dari Indonesia yang diberlakukan negara tersebut. 

 

Sementara itu, pengamat ekonom dari Indef, Rusli Abdullah, menyebutkan kekayaan alam berupa buah-buahan yang beraneka ragam menjadi kekuatan Indonesia. Hal ini menciptakan peluang bagi Indonesia untuk mengekspor buah-buah tropis ke negara empat musim, salah satunya Tiongkok.

 

"Tiongkok itu empat musim, Indonesia dua musim, punya buah-buah tropis yang kalau dijual ke China laku banget. Karena orang-orang empat musim sangat suka buah-buahan tropis mereka stok untuk musim dingin, sangat luar biasa permintaannya," kata Pengamat Ekonomi dari Indef Rusli Abdullah, di Jakarta, Rabu (25/7/2019).

 

Baca Juga: Tingkatkan Ekspor, Kemendag Lakukan Kunjungan ke Importir Rempah di Belanda

 

Menurutnya, buah-buahan yang cukup potensial seperti manggis, salak, durian, maupun nanas berpeluang terus diekspor ke Tiongkok karena cenderung tahan lama. Sementara, buah seperti pisang meskipun produksinya cukup banyak namun kurang tahan lama. 

 

"Karena jarak Tiongkok dan Indonesia cukup jauh, jadi rentan busuk," ungkapnya. 

 

Selain itu, buah pisang juga masih ditanam dengan menyebar sehingga untuk menghimpunnya butuh biaya cukup besar. 

 

Meskipun menilai positif, Rusli mengingatkan agar daya saing perkebunan ditingkatkan. Perkebunan buah-buahan harus dikelola secara massif atau dalam skala besar. Selain itu, rantai pasok juga harus diperbaiki dengan memanfaatkan dana desa. 

"Karena kebun-kebun buah ini kan banyak di desa-desa, " ungkapnya. 

 

Menurutnya, salah satu problem ekspor adalah penanaman yang terpencar dan produksi yang tidak berkelanjutan. 

 

Rusli juga menyebutkan beberapa buah yang potensial misalnya produksi belimbing dan jambu air di Demak, Jawa Tengah. Apalagi, Demak dekat dengan pelabuhan di Semarang sehingga lebih mudah diekspor ke negeri China.

 

Senada, Fithra mengatakan penting bagi pemerintah untuk melakukan pendataan dan identifikasi secara sungguh-sungguh dalam pelaksanaan ekspor. Selain itu, penting juga untuk mengetahui negara yang menjadi  kompetitor Indonesia dalam ekspor buah-buahan ke sana, seperti Thailand dan Vietnam.

 

Baca Juga: Lobi Mendag Enggar Diharap Gandakan Ekspor Sarang Burung Walet

 

Selain buah-buahan, pemerintah juga berencana mendorong ekspor produk perikanan.

 

Sebelumnya, Ketua Dewan Pertimbangan sosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi optimistis Indonesia bisa memperoleh US$1 miliar per tahun dengan menggenjot tiga komoditas yang diusung Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam kunjungannya ke China baru-baru ini. Tiga komoditas itu adalah CPO, buah-buahan dan sarang burung walet. 

 

Ia mengakui, kualitas sarang burung walet memang sempat memburuk sehingga ekspornya terhambat. Namun, kini sarang burung walet Indonesia semakin baik dalam kualitas dan mutu. Tinggal pemerintah mempercepat masalah intern agar ekspor sarang burung walet meningkat.

 

 

Total perdagangan Indonesia-Tiongkok periode 2018 tercatat sebesar USD72,67 miliar atau naik 23,48% dari total perdagangan 2017 yang sebesar USD58,84 miliar. Adapun total perdagangan Indonesia-Tiongkok pada periode Januari-April 2019 telah mencapai USD22,4 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: