Menyikapi Filipina Jadi Basis Rudal AS, Duterte: Saya Tidak Izinkan Pasukan Asing
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte secara tegas tidak akan pernah mengizinkan negaranya menjadi basis bagi rudal Amerika Serikat (AS) di Asia. Dirinya mengatakan menolak AS dengan segala bentuk kegiatannya. Khususnya kegiatan mengerahkan senjata nuklir di negaranya untuk melawan pengaruh China.
Menyusul penarikan AS perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) dengan Rusia minggu lalu, Washington menyatakan bahwa mereka sekarang bebas untuk menggunakan rudal nuklir balistik darat yang diluncurkan dengan jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer di mana saja di dunia termasuk Asia. Penempatan rudal di Asia dimaksudkan untuk menangkal pengaruh China yang berkembang di wilayah tersebut.
Namun Duterte menekankan bahwa dia tidak akan pernah membiarkan rencana AS itu terwujud di negaranya.
"Itu tidak akan pernah terjadi karena saya tidak akan membiarkannya," jelas Duterte.
Berdasarkan penuturannya, Filipina tidak punya niatan melawan China. Sebab untuk saat ini Filipina lebih dekat kepada China dan Rusia.
"Saya tidak akan pernah membiarkan pasukan asing ... saya tidak ingin melawan China. Anda tidak dapat menempatkan senjata nuklir di Filipina. Itu tidak akan pernah terjadi," pungkasnya seperti dilansir dari RT, Rabu (7/8/2019).
Duterte menegaskan bahwa Filipina tidak berusaha untuk bergabung dengan aliansi militer mana pun. Ia juga menjelaskan bahwa Manila terpaksa mencari hubungan yang lebih dekat dengan Rusia dan China, setelah AS pada 2016 menolak untuk menjual 26.000 senapan, di bawah dalih pelanggaran hak asasi manusia.
"Anda adalah orang-orang yang bertanggung jawab. Anda praktis mengantarkan saya ke pelukan pemerintah China,” ungkap Duterte, menyalahkan anggota parlemen AS karena keputusannya menolak menjual senjata kepada Filipina.
“Apa yang harus saya lakukan? Lalu saya pergi ke Rusia," sambungnya.
Presiden Filipina kembali menyebut bahwa terdapat perbedaan besar antara AS dan China.
"Sampai hari ini, saya ingin mengatakan ini kepada Amerika, sampai hari ini, mereka (Rusia dan China) tidak menuntut pembayaran rasa terima kasih, atau bahkan tusuk gigi, tidak ada," tegas Duterte.
Duterte berpendapat bergabung dengan aliansi militer di tengah ketidakstabilan global yang terus meningkat tidak ada gunanya, karena jika perang pecah antara kekuatan nuklir, semua akan binasa.
"Jika Anda pergi berperang dan China akan melepaskan semua misilnya nuklir, dan Amerika dan Rusia ... dan Inggris dan Italia dan Prancis, ini akan berarti akhir dari kita semua," tukas dia.
Sebelumnya, China telah memperingatkan Washington bahwa akan mengambil semua tindakan balasan yang diperlukan jika Pentagon melanjutkan rencananya untuk mengerahkan rudal-rudal berbasis darat di depan pintunya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: