Soal Isi Ceramah Kontroversial Zakir Naik, PM Malaysia Minta Polisi Lakukan Ini
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad menyatakan jika penceramah kontroversial Zakir Naik telah kelewat batas saat dia berbicara mengenai politik rasial dan memunculkan ketegangan rasial di Malaysia. Ia mengatakan tidak yakin siapa yang memberikan status tinggal permanen Malaysia kepada penceramah kelahiran India itu.
Ia mengatakan pemegang status tersebut tetap tidak dapat berpartisipasi dalam politik. Zakir Naik diberikan izin tinggal permanen oleh pemerintahan Barisan Nasional sebelumnya.
"Guru agama dapat berkhotbah, tetapi dia tidak melakukan itu. Dia berbicara tentang mengirim orang Tionghoa kembali ke China dan orang India kembali ke India. Itu politik," kata Mahathir sebagaimana dilansir The Star, Senin (19/8/2019).
Pemerintah Negara Bagian Penang, Perlis, Kedah dan Sarawak telah mengeluarkan peraturan melarang Naik untuk berceramah di wilayah mereka. Mahathir mengatakan pemerintah berhati-hati tentang cara mengatakan hal-hal yang peka terhadap berbagai komunitas di negara itu.
"Saya belum pernah mengatakan hal semacam ini. Tapi dia menyuruh orang China untuk kembali (ke negaranya).
"Jika Anda ingin berbicara tentang agama, silakan, itu diperbolehkan. Kami tidak ingin menghentikannya melakukan hal itu. Tetapi sangat jelas ia ingin berpartisipasi dalam politik rasial di Malaysia. Sekarang, ia membangkitkan perasaan rasial. Itu buruk," jelasnya.
Sampai saat ini, polisi masih menyelidiki apakah Zakir Naik menyebabkan ketegangan atau tidak. Dia juga mengatakan aturan hukum akan dikenakan pada Zakir Naik karena ia dituduh telah berkhotbah tentang politik rasial dan membangkitkan ketegangan rasial.
"Apa pun tindakan yang kami ambil akan sesuai dengan hukum. Pemerintah ini menghormati aturan hukum," katanya.
Seperti diketahui, pada ceramah agama di Kota Baru, Kelantan, pada 8 Agustus, Zakir Naik menanggapi seruan agar dia deportasinya dengan mengatakan bahwa orang Tionghoa Malaysia harus "kembali" terlebih dahulu karena mereka adalah "tamu lama" dari negara tersebut.
Ia mengatakan bahwa umat Hindu di Malaysia lebih loyal kepada Perdana Menteri India, Narendra Modi daripada Mahathir, menimbulkan kecaman dari banyak pihak di Malaysia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: