Usai melakukan aksi saling balas kenaikan tarif impor dengan AS, China menunjukkan niatnya untuk berdamai dengan negara pimpinan Donald Trump itu.
Seperti yang dilansir dari Reuters, Wakil Perdana Menteri China, Liu He, menyatakan bahwa China menentang adanya eskalasi perang dagang dan berniat untuk kembali melanjutkan negosiasi dagang dengan AS untuk mencapai kesepakatan.
Baca Juga: China Sadar Diri, Please Damai Dong Mr. Trump!
"Kami bersedia untuk menyelesaikan masalah ini melalui konsultasi dan kerja sama dalam sikap yang tenang dan dengan tegas menentang eskalasi perang dagang. Kami percaya, eskalasi perdang dagang tidak menguntungkan bagi China, AS, atau kepentingan rakyat dunia," imbuh Liu He, Selasa (27/08/2019).
Baca Juga: Tolong, Tolong Selamatkan Rupiah!
Pernyataan tersebut sedikit meredamkan hawa panas yang timbul dari perang dagang di awal pekan ini. Dengan tekanan yang sedikit mereda, investor global pun mulai leluasa bermain di aset-aset berisiko berbasis keuangan di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah menjadi dua instrumen investasi yang cukup diuntungkan dari sikap China tersebut. Mendekati jeda siang, IHSG terpantau naik hingga lebih dari 0,60% dan mencapai level tertinggi di 6.258,46.
Baca Juga: Surprise! Mukjizat BI Nyata Adanya, Rupiah Pede Gilas Dolar AS!
Begitu pun dengan rupiah. Meski pada pembukaan pasar pagi tadi rupiah terdepresiasi 0,04% ke level Rp14.240, perlahan namun pasti rupiah mulai bangkit. Sekitar pukul 09.00 WIB, rupiah bahkan sempat terapresiasi hingga 0,09% ke level Rp14.242 per dolar AS.
Bak ingin menarik napas sejenak, rupiah kini stagnan di level Rp14.240 per dolar AS, di mana pada pukul 10.40 WIB rupiah sempat menguat kembali 0,01% ke level Rp14.239 per dolar AS dan kemudian kembali stagnan.
Penguatan rupiah juga nampak di hadapan dolar Australia (0,18%) dan poundsterling (0,07%). Begitu pun juga di hadapan mayoritas mata uang Asia, rupiah terpantau menguat di hadapan ringgit (0,24%), won (0,17%), yuan (0,15%), baht (0,13%), dan dolar Singapura (0,11%).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih