Calon Wali Kota di Kolombia Tewas Ditembak, Pemerintah Tuding Kelompok. . .
Seorang calon Wali Kota di barat daya Kolombia dilaporkan meregang nyawa bersama lima orang lainnya dalam sebuah serangan. Pemerintah Kolombia menuding serangan tersebut dilakukan oleh pembangkang dari kelompok pemberontak FARC yang terdemobilisasi.
Kendaraan yang membwa Karina Garcia, seorang kandidat Wali Kota Partai Liberal di Kotamadya Suarez di Provinsi Cauca, dan para korban lainnya ditembak pada saat melintasi jalan raya di wilayah pegunungan, sebelum kemudian dibakar.
Lima korban lainnya merupakan ibu Garcia, tiga aktivis lokal dan seorang kandidat untuk dewan kota seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/9/2019).
Baca Juga: Korban Tewas Penembakan Brutal di Texas Bertambah
Diketahui, wilayah tersebut merupakan jalur produksi dan perdagangan narkoba yang penting, dan para pembangkang - yang menolak perjanjian damai 2016 antara pemerintah dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) - diketahui beroperasi di sana.
Insiden ini merupakan pembunuhan pertama terhadap seorang kandidat untuk pemilu lokal dan regional pada Oktober mendatang. Peristiwa ini terjadi beberapa hari setelah beberapa mantan anggota terkemuka kelompok pemberontak mengatakan mereka kembali angkat senjata.
"Dengan sedih, kami menyebut kandidat untuk Partai Liberal (tewas), dipastikan bahwa Mayinbu, yang merupakan pemimpin kelompok pembangkang FARC bertanggung jawab," kata komisioner perdamaian Miguel Ceballos kepada wartawan.
"Kami menganggap dia bertanggung jawab, karena pengaruhnya di daerah itu, atas kejahatan mengerikan ini," kata Ceballos seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/9/2019).
Pada sebuah pernyataan, Kementerian Pertahanan Kolombia menawarkan hadiah hampir USD44.000 untuk informasi yang mengarah pada penangkapan dua pemimpin pembangkang di provinsi tersebut.
Baik Ceballos dan kementerian tidak memberikan rincian tentang bukti bahwa para pembangkang bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Dilaporkan pada pekan lalu, ada beberapa mantan komandan, termasuk dua orang yang akan mewakili FARC di Parlemen sebagai bagian dari inkarnasi barunya sebagai partai politik, mengumumkan serangan baru dalam video YouTube 32 menit, karena apa yang mereka katakan sebagai kegagalan pemerintah untuk mematuhi kesepakatan.
Pengumuman itu mendapat kecaman dari pemerintah, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan partai politik FARC, yang kepemimpinannya mengatakan mayoritas mantan pemberontak tetap berkomitmen pada perjanjian itu meski ada "kesulitan dan bahaya."
Ada sekitar 13.000 anggota FARC, termasuk 7.000 pejuang, meletakkan senjata mereka berdasarkan ketentuan perjanjian dengan imbalan amnesti hukum, dukungan ekonomi sementara dan kesempatan bagi kelompok pemberontak itu untuk menjadi partai politik yang sah.
Walaupun pembunuhan beberapa mantan pemberontak dan keterlambatan pendanaan pemerintah untuk upaya ekonomi telah memicu kritik terhadap pemerintah, banyak mantan pejuang mengatakan mereka ingin mempertahankan bagian mereka dalam kesepakatan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: