Banyak Kasus Pelecehan, Karyawan di Korsel Bekali Diri Pakai Alat Ini
Beberapa orang karyawan di Korea Selatan geram dengan aksi intimidasi para atasan secara diam-diam merekam dugaan pelecehan atau pelecehan oleh bos mereka, memicu meningkatnya penjualan perangkat audio dan video “mata-mata”.
Kamera video atau audio yang disembunyikan di ikat pinggang kulit, kacamata, pena, dan USB semakin populer di kalangan karyawan Korea Selatan. Kian banyaknya kasus pelecehan terhadap karyawan oleh atasan, warga Korsel menyebut kasus tersebut dengan gabjil.
Berbagai kejadian pelecehan telah menjadi berita internasional, yang paling terkenal yaitu kasus “nut rage (kemarahan kacang-red)” Korean Air pada 2014, di mana Heather Cho, wakil presiden maskapai Korean Air kesal kepada seorang awak pesawat karena menyajikan kacang dalam paket kecil, bukan di atas piring.
Baca Juga: Indonesia-Korea Selatan Percepat Penyelesaian Perundingan CEPA
Cho, putri kepala eksekutif Korean Air, ditahan karena melanggar undang-undang keselamatan penerbangan dan menghambat tugas-tugas kru. Ia pun dipenjara selama 1 tahun. Jang Sung-Churl, kepala eksekutif perusahaan elektronik Auto Jungbo, mengatakan perangkat rekaman mata-mata telah terjual seperti kue kacang sejak pemerintah Korsel merubah undang-undang pada akhir tahun lalu.
Undang-undang di Korea yang baru mulai berlaku pada 16 Juli, pemilik perusahaan dilarang mengambil tindakan apa pun, termasuk pemecatan, terhadap korban atau karyawan yang melaporkan intimidasi di tempat kerja. Mereka yang dinyatakan bersalah dapat dipenjara maksimal tiga tahun atau denda maksimal 30 juta won (Rp356 juta).
Seperti yang diwartakan Reuters via South China Morning Post, Jang mengatakan penjualan perekam suara sejauh ini telah dua kali lipat meningkat menjadi 80 perangkat per hari.
Jang, mengatakan perangkat rekam rahasia yang paling banyak dibeli adalah kunci mobil dan korek.
"Anda bisa membeli dalam bentuk apa saja," katanya.
Ada seorang teknisi pesawat berusia 34 tahun yang menggunakan situs Gabjil 119 membagikan rekaman audio tentang seorang pria yang diklimnya merupakan bosnya. Rekaman itu menjelaskan bahwa atasannya menggunakan bahan peledak untuk memarahinya karena mengambil cuti untuk merawat anggota keluarga yang sakit.
Sang teknisi yang meminta identitasnya dirahasiakan membeberkan bahwa rekaman diambil dengan menggunakan perekam suara USB. Budaya gabjil di Korea Selatan ada karena tradisi menghormati status lapisan masyarakat, dari sekolah hingga konglomerat.
Menurut data dari Kementerian Tenaga Kerja Korea Selatan mengatakan ada 572 karyawan telah menggunakan undang-undang baru untuk mengajukan keluhan terhadap tempat kerja mereka pada 29 Agustus, rata-rata 17,9 kasus terdaftar setiap hari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: