Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

SBM ITB Jawab Tantangan Industri 4.0, Caranya?

SBM ITB Jawab Tantangan Industri 4.0, Caranya? Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) mencoba menjawab tantangan industri 4.0. | Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) mencoba menjawab tantangan industri 4.0.

Salah satunya melalui Kompetisi Mahasiswa Nasional Bidang Ilmu Bisnis Manajemen dan Keuangan (KBMK) pada 6-7 September 2019 dengan tema, “Mendorong Kemajuan Ekosistem Dunia Usaha dengan Inovasi dalam Ilmu Bisnis, Manajemen dan Keuangan yang Menguatkan Identitas Tanah Air dan Memanfaatkan Teknologi Bagi Sebesarnya Kesejahteraan Bangsa”.

Wakil Rektor ITB Bidang Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi, Dr. Miming Miharja, ST,M.Sc.Eng mengapresiasi kegiatan tersebut. Pasalnya, melalui ajang ini mampu memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk berkreasi dan  mengembangkan inovasinya khususnya di bidang bisnis manajemen dan keuangan.

"Kami mewakili rektorat ITB menyampaikan terima kasih kepada panitia juga dukungan Kemenristekdikti termasuk sponsor. Kegiatan ini sangat baik. Hasil dari lomba ini saya kira akan banyak  pemikiran-pemikiran yang bermanfaat,"kata Miming ketika ditemui di Aula Barat ITB, jl Ganesha, Kota Bandung, Jumat (13/9/2019)

Baca Juga: KEIN dan Kadin Jatim Siap Jadi Garda Terdepan Menuju Industri 4.0

Dia menilai saat ini dunia industri membutuhkan kemampuan para lulusan yang menguasai sistem IT seperti artificial intellegence kemudian internet of think dan big data analysis.

"Nah, itu hal-hal yang fundamental atau persyaratan yang penting, wajib dikuasai oleh mahasiswa ketika dia akan memasuki kerja," ucap Miming

Pada kesempatan yang sama, Dekan SBM ITB, Prof. Dr. Sudarso Kaderi Wiryono, DEA menambahkan untuk komposisi mahasiswa yang menguasai sistem IT maupun big data tidak bisa ditentukan. Sebab, keduanya memegang peranan yang penting.

"Tidak harus ada di dalam kurikulumnya secara spesifik tapi yang penting bahwa ada pengetahuan yang dimiliki mahasiswa karena sebenarnya kan pengetahuan itu sendiri bisa didaspatkan dimana saja,"ungkap Sudarso

Dia mencontohkan para mahasiswa SBM ITB bisa mendapatkan ilmu pengetahuan di dalam maupun di luar kelas. Maka, dengan pergaulan mereka seperti ini menjadi salah satu sarana membuat network.

Baca Juga: Yuhuu! Indodana Gandeng BayarInd untuk Ajak UMKM Masuki Industri 4.0

"Kalau secara SKS mungkin nggak banyak hanya 3-4 mata kuliah. Masing-masing 3 atau 4 SKS, paling hanya 12 sks tapi sebemarnya hampir semuanya muaranya ke sana," jelasnya

Adapun, strategi mahasiswa dalam menjawab tantangan industri 4.0 tergantung dari kesiapan mereka dalam menghadapi perubahan zaman. Maka, dibutuhkan adaptasi yang cepat dari masing-masing individu guna menghadapi perubahan tersebut.

"Kemampuan untuk beradaptasi, kemampuan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Itu yang harus diperhatikan," ujar Sudarso

"Kalau zaman dulu kita mikirnya harus straight line (garis lurus -red). Padahal di era desrupsi itu kan tiba-tiba terputus. Hal seperti ini menuntut kesiapan mahasiswa. Pada dasarnya bukan sesuatu yang linear atau tidak ada perubahan. Tapi sesuatu yang ada dan muncul secara tiba-tiba," tambah Sudarso.

Selain itu, lanjut Sudarto, mahasiswa juga harus dibekali dengan kemampuan softskill seperti mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Baca Juga: SBM ITB Raih Penghargaan Terbaik Tingkat Dunia

Sementara itu, guna menjawab tantagan industri SBM ITB telah melakukan perubahan kurikulum 2018 dan sudah mulai diimplementasikan pada tahun 2019.

"Secara formal kita sudah ada perubahan kurikulum kita sudah menuju ke sana," ujarnya.

SBM ITB sudah memiliki manajemen teknologi bisnis yakni bisnis yang berdasarkan pada teknologi agar memiliki nilai tambah yang lebih besar.

"Bisnis teknologi ini pun diterapkan bagi seluruh mahasiswa ITB bukan hanya untuk SBM-ITB saja," tegas Sudarso.

Selanjutnya, manfaat lainya bagi mahasiswa yaitu memiliki jaringan atau network sehingga akan lahir ide-ide bisnis yang baru.

Baca Juga: Qualcomm-ITB Bahas Potensi 5G untuk Indonesia

Sedangkan, untuk staf pengajarnya sediri, tambah Sudarso, SBM ITB selalu meng-up grade melalui forum knowledge cafe yakni sarana untuk berbagi ilmu pengetahuan sehingga bisa diketahui perkembangan ilmu teknologi terbaru di masa yang akan datang.

"Jangan sampai apa yang diberikan kepada para mahasiswa sudah tidak bisa dipakai lagi di masa yang akan datang," imbuh Sudarso.

Staf pengajar SBM ITB juga memiliki landasan yang sangat kuat akan ilmu pengetahuan yang akan diberikan sehingga mampu beradaptasi secara cepat.

Selain itu, dalam meng-upgrade pengetahuan para dosen, SBM ITB memiliki program continuous improvment yang dilakukan secara rutin yang dilakukan 3 minggu sekali.
Program ini mengadopsi konsep Kaizen dari Jepang.

"Ini salah satu kelebihan ITB,"pungkasnya

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: