Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Taliban Sebut Masih Buka Pintu Dialog dengan AS

Taliban Sebut Masih Buka Pintu Dialog dengan AS Kredit Foto: Reuters/Parwiz
Warta Ekonomi, Doha -

Kelompok Taliban masih membuka pintu untuk melakukan dialog damai dengan Amerika Serikat (AS). Taliban mengatakan bahwa "pintu mereka terbuka" untuk Washington. Pernyataan tersebut diutarakan oleh pimpinan tim negosiator Taliban, Sher Mohammad Abbas Stanikzai dalam sebuah wawancara.

Stanikzai menekankan bahwa negosiasi tetap menjadi “jalan satu-satunya untuk perdamaian di Afghanistan”, sepekan setelah Trump mengumumkan proses negosiasi antara kedua belah pihak telah “mati”.

Awal bulan ini, kedua belah pihak tampak mendekati kesepakatan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 18 tahun di Afghanistan. Trump bahkan telah mengundang para pemimpin senior Taliban dan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani untuk bertemu di Camp David, Maryland, AS pada 8 September.

Baca Juga: Pimpinan Taliban: Kami Siap Perang dengan AS Sampai 100 Tahun Lagi!

 

Namun, serangan Taliban di ibu kota Afghanistan, Kabul pada 6 September, yang menewaskan seorang tentara AS dan 11 lainnya, membuat Trump membatalkan pembicaraan. Dia mengatakan Taliban "mungkin tidak memiliki kekuatan untuk bernegosiasi" jika tidak dapat menyetujui gencatan senjata selama pembicaraan.

Pada Selasa malam, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan Taliban baru-baru ini, dengan mengatakan kelompok itu "harus mulai menunjukkan komitmen tulus terhadap perdamaian".

Stanikzai menepis kekhawatiran Amerika, mengatakan kepada BBC bahwa Taliban tidak melakukan kesalahan.

"Mereka (AS) membunuh ribuan Taliban menurut mereka," kata Stanikzai kepada kepala koresponden internasional BBC, Lyse Doucet.

"Tetapi sementara itu, jika satu tentara (AS) terbunuh itu tidak berarti mereka harus menunjukkan reaksi tersebut karena tidak ada gencatan senjata dari kedua belah pihak."

"Dari pihak kami, pintu kami terbuka untuk negosiasi," tambahnya. "Jadi kami berharap pihak lain juga memikirkan kembali keputusan mereka mengenai negosiasi."

Taliban, yang kini mengendalikan lebih banyak wilayah daripada sejak saat pasukan pimpinan AS menggulingkan mereka pada 2001, tidak mengakui legitimasi pemerintahan Presiden Ashraf Ghani. Mereka menolak untuk mengadakan pembicaraan langsung dengan pemerintah Afghanistan sampai kesepakatan AS disepakati.

Stanikzai mengatakan pembicaraan intra-Afghanistan akan dimulai pada 23 September, jika kesepakatan tercapai, dan akan termasuk diskusi tentang gencatan senjata yang lebih luas.

Baca Juga: Batalkan Perundingan Damai, Taliban: AS Akan Menyesal

Dia juga membenarkan bahwa Taliban telah mendekati Rusia dan China untuk meminta bantuan dalam negosiasi perdamaian.

 

Sementara itu penasihat keamanan nasional Afghanistan mengatakan bahwa "taktik intimidasi" Taliban tidak akan berhasil.

"Satu-satunya cara mereka dapat melihat perdamaian di Afghanistan adalah dengan bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan," kata Dr. Hamdullah Mohibt kepada BBC.

Dia menambahkan: "Diskusi terbuka dengan tetangga kami, dengan mereka yang mensponsori dan mendukung Taliban, yang harus ada di depan diskusi kami, bukan di belakangnya".

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: