Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Langit 'Merah Darah' di Jambi Tak Luput Jadi Sorotan Internasional

Langit 'Merah Darah' di Jambi Tak Luput Jadi Sorotan Internasional Kredit Foto: Dokumentasi Pribadi/Eka Wulandari

Copernicus Atmosphere Monitoring Service dalam sebuah pernyataan mengatakan ribuan hektare hutan dan lahan terbakar di Indonesia.

"Dipercaya bahwa kebakaran telah dimulai dengan sengaja untuk membuka lahan untuk pertanian, khususnya untuk pulp dan minyak sawit," bunyi pernyataan tersebut. Layanan yang berbasis di Inggris itu telah mencatat data yang menunjukkan bahwa estimasi emisi CO2 harian yang setara dengan kejadian serupa tahun 2015.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia menyatakan citra satelit mengungkapkan banyak titik panas dan distribusi asap tebal di daerah sekitar Jambi.

Baca Juga: Parahnya Asap di Jambi, Saking Pekatnya Matahari Sampai Tak Terlihat

Profesor Koh Tieh Yong, dari Universitas Ilmu Sosial Singapura, menjelaskan bahwa fenomena langit merah darah di Jambi dikenal sebagai hamburan Rayleigh yang berkaitan dengan jenis partikel tertentu yang hadir selama periode kabut asap.

Dalam kabut asap, partikel yang paling banyak berukuran sekitar 1 mikrometer, tetapi partikel-partikel ini tidak mengubah warna cahaya yang kita lihat," katanya kepada BBC.

"Ada juga partikel yang lebih kecil, sekitar 0,05 mikrometer atau kurang, yang tidak membentuk banyak kabut tetapi masih agak lebih banyak selama periode kabut asap...tetapi ini cukup untuk memberikan kecenderungan ekstra untuk menyebarkan cahaya merah lebih banyak ke arah depan dan belakang daripada cahaya biru, dan itulah mengapa Anda akan melihat lebih banyak merah daripada biru," paparnya.

Baca Juga: Bahaya, Kualitas Udara di Jambi Masuk Kategori Berbahaya

Dia mengatakan fakta foto yang diambil sekitar tengah hari bisa menyebabkan langit tampak lebih merah.

"Jika matahari berada di atas kepala dan Anda melihat ke atas, (Anda akan melihat) di garis matahari, sehingga akan tampak bahwa lebih banyak langit berwarna merah," katanya. Koh menambahkan bahwa fenomena ini tidak akan mengubah suhu udara.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: