- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, Kementan Bantu Sumur Suntik dan Lubang Biopori
Provinsi Jawa Barat yang menjadi salah satu sentra penghasil beras nasional ikut andil pada program Kementerian Pertanian (Kementan) mengantisipasi musim kemarau dengan programnya yang bertajuk Gowah (Gogo Sawah). Salah satu kelompok tani yang ada di Jawa Barat, yakni Kelompok Tani Cukang Akar B yang ada di Desa Sidamulya, Kecamatan Cipunegara, Subang kini tak khawatir lagi terhadap musim kemarau.
Pasalnya, mereka tetap bisa menanam padi meskipun di musim kemarau. Hal tersebut tak lepas dari adanya program bantuan sumur suntik dari Kementan.
“Alhamdulillah bantuan ini sangat bermanfaat sekali bagi petani, sehingga meskipun musim kemarau kami tetap bisa tanam,” ungkap Madrokim, Ketua Kelompok Tani Cukang Akar B di Cipunegara, Subang, Kamis (26/9/2019).
Baca Juga: Program Padi Gogo Sawah Kementan Motivasi Petani Subang
Madrokim membutuhkan kekompakan dari seluruh anggota kelompok tani agar pembagian air bisa merata dalam satu kelompok tani. Meskipun bukan anggota kelompok, alangkah baiknya jika petani lain juga dapat ikut merasakan manfaatnya.
Ia menambahkan bahwa sebelum ada sumur suntik mereka kesulitan untuk menanam di musim kemarau, bahkan akhirnya lahan sawah mereka tidak ditanami sama sekali.
“Jumlah sumur suntik di lahan kami ada lima titik, Alhamdulillah cukup untuk mengairi sekitar 10 ha bahkan terkadang lebih," jelasnya.
Menurut Kepala Seksi Penanggulangan Kekeringan, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Yunita Fauziah, sumur suntik sebagai teknologi adaptasi terhadap kekeringan sudah diperkenalkan dan diterapkan ke petani sejak tahun 2015 melalui kegiatan Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI).
Baca Juga: Kementan Dukung Jawa Barat Penghasil Beras Organik Terbesar di Indonesia
Untuk tahun ini alokasi PPDPI tersebar di 50 kelompok tani, walaupun jumlahnya masih sedikit tapi kegiatan ini menjadi sangat bermanfaat bagi kelompok tani yang mengalami keterbatasan air di Musim Kemarau.
"Sebetulnya kegiatan PPDPI ada dua jenis teknologi, yaitu pembuatan sumur suntik dan pembuatan lubang bipori, selanjutnya penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kelompok tani pelaksana," terangnya.
Lebih lanjut, Yunita menyebutkan ada kelompok tani yang lebih cocok dengan lubang biopori dan ada juga yang lebih cocok dengan sumur suntik, tergantung apakah sawah tersebut termasuk rawan banjir atau kekeringan.
Jika rawan banjir maka lubang biopori menjadi alternatif yang sesuai karena dapat akan membuat air hujan lebih cepat meresap kedalam tanah, jadi tidak menggenangi lahan sawah, selain itu juga dapat memperbaiki struktur tanah sawah.
“Harapan kami, dengan adanya kegiatan ini petani dapat sedikit terbantu, terutama masalah pengairan yang menjadi sendi utama dalam pertanaman, sehingga dapat ikut mengamankan produksi beras nasional," katanya.
"Selain itu kegiatan ini juga bisa bermanfaat tidak hanya untuk satu kali musim tanam, tapi dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lama," tambah Yunita.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: