Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasar Ekspor Terbuka Lebar, Kementan Rangsang Pengembangan 'Si Beneng' Asal Banten

Pasar Ekspor Terbuka Lebar, Kementan Rangsang Pengembangan 'Si Beneng' Asal Banten Kredit Foto: Istimewa

Dudi Supriyadi, penyuluh di Kabupaten Pandeglang, menjelaskan, panjang umbi Si Beneng yang siap dipanen bisa mencapai 1,2 sampai 1,5 meter dan bobotnya sekitar 35 hingga 45 kg jika dipanen saat berumur 2 tahun.

Namun, biasanya petani di Banten memanen saat umur 6 hingga 8 bulan. Setelah umbi dipanen biasanya kelompok wanita tani (KWT) dan UMKM sekitar akan mengolah umbi tersebut untuk meningkatkan nilai tambah Si Beneng.

"Si Beneng ini banyak dibudidayakan di Kecamatan Karang Tanjung, Pandeglang, Majasari, Kadu Hejo, Mandalawangi, Saketi, Menes, Pulosari , Jiput, Carita, Cisata, dan Cadasari, Kabupaten Pandeglang, Banten. Hingga saat ini budi daya Si Beneng masih terus dimaksimalkan karena melihat potensi dan permintaan pasar," jelas Dudi.

Baca Juga: Wih, Ekspor Talas Beku Tembus ke Jepang

Menurut pria yang dikenal sebagai penggiat talas beneng ini, Si Beneng umumnya dipasarkan ke masyarakat dalam bentuk segar serta olahan berupa keripik talas. Sementara untuk tepung talas beneng akan diolah menjadi donat talas, mie talas, ice cream talas, brownies talas, dan aneka kue kering.

Hingga saat ini, lanjut Dudi, produksi Si Beneng per bulan di Kabupaten Pandeglang dapat mencapai 28 ton per bulan dan dijual dalam bentuk tepung ke area Jabodetabek sekitar 3 sampai 4 ton per bulan. Sementara bentuk segar dipasarkan ke Malang untuk diekspor ke Belanda dengan volume 16 sampai 20 ton per bulannya.

"Potensi talas beneng untuk dikembangkan masih sangatlah besar, terutama untuk aneka pangan lokal yang saat ini sedang banyak berkembang dan menggunakan talas sebagai bahan bakunya karena talas jenis ini mengandung protein yang lebih tinggi dan memiliki warna kuning yang menarik sehingga menjadi ciri tersendiri yang tidak dimiliki talas lain," terangnya.

Lebih lanjut Dudi menekankan, Si Beneng ini merupakan sebagai salah satu pangan alternatif potensial yang kebutuhan domestiknya mencapai 3 sampai 10 ton per bulan untuk produk tepung talas beneng dan 30 ton per bulan dalam bentuk umbi segar untuk memenuhi permintaan ekspor ke Belanda melalui pengerajin di Malang. Karena itu, potensi peningkatan produksi sangat dimungkinkan karena permintaan pasar belum dapat dipenuhi secara maksimal.

"Jadi, saat ini petani memerlukan dukungan pemerintah melalui bantuan sarana produksi pertanian untuk meningkatkan produksi Si Beneng," tutupnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: