Pidato di Sidang PBB, PM Malaysia Bahas Perebutan Tanah Palestina oleh Israel
Perdana Menteri Malasyia Mahathir Mohamad menuturkan pembentukan Israel dengan merebut tanah Palestina dan mengusir 90 persen populasi etnis Arabnya merupakan salah satu akar penyebab terorisme.
“Sejak itu, perang telah terjadi di banyak negara, banyak yang terkait dengan penciptaan Israel. Dan sekarang kita memiliki terorisme ketika tidak ada sebelumnya, atau setidaknya tidak ada pada skala sekarang,” terang Mahathir dalam pidatonya di sidang m PBBH di New York, Mengutip Malaymail, Sabtu (28/9/2019).
“Aksi militer melawan aksi terorisme tidak akan berhasil. Kita perlu mengidentifikasi penyebabnya dan menghapusnya. Tetapi kekuatan besar menolak untuk berurusan dengan akar penyebabnya,” imbuh dia.
Baca Juga: Soal 12 WNI Ditahan di Malaysia, Kemlu RI: Mereka Belum Keluarkan Rilis
PM Mahathir menyebut jika Malaysia menerima negara Israel sebagai fait accompli. Tetapi Mahathir mengatakan bahwa Malaysia tidak bisa menerima penyitaan terang-terangan atas tanah Palestina oleh Israel untuk permukiman mereka dan juga pendudukan Yerusalem oleh Israel. Orang-orang Palestina bahkan tidak bisa memasuki premukiman yang dibangun di tanah mereka.
“Karena penciptaan Israel, sekarang ada permusuhan terhadap Muslim dan Islam. Muslim dituduh terorisme bahkan mereka tidak melakukan apa pun. Negara-negara Muslim, kata Mahathir telah mengalami destabilisasi melalui kampanye untuk demokrasi dan perubahan rezim. “Muslim di mana-mana telah ditindas, diusir dari negara mereka dan ditolak suaka.”
“Ribuan orang mati di laut dan di musim dingin yang parah. Orang tidak dapat menyangkal bahwa di masa lalu tidak ada migrasi besar-besaran. Sekarang perang dan ketidakstabilan akibat perubahan rezim telah memaksa mereka untuk melarikan diri dari negara mereka,” tambahnya.
Tak hanya itu, Mahathir juga menuturkan bahwa penerapan aturan hukum telah selektif.
“Teman-teman dapat melanggar hukum apa pun dan bebas dari hukuman. Dengan demikian, Israel dapat melanggar semua hukum dan norma internasional dunia dan itu akan terus didukung dan dipertahankan. Negara-negara yang tidak ramah tidak bisa berbuat apa-apa dengan benar. Tidak ada keadilan di dunia,” tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: