Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dolar AS: Si Korban Senjata Makan Tuan!

Dolar AS: Si Korban Senjata Makan Tuan! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Serangan balasan siap dieksekusi oleh Amerika Serikat (AS) kepada Uni Eropa setelah mengantongi izin dari World Trade Organization (WTO) pada 18/10/2019 mendatang. Alih-alih menyerang lawan, aksi balasan AS tersebut justru menjadi 'senjata makan tuan' bagi pergerakan aset safe haven, dolar AS.

Pada perdagangan spot Kamis (3/10/2019), dolar AS bergerak variatif dengan kecenderungan tertekan di hampir semua mata uang dunia. Tekanan global secara bersamaan diarahkan kepada dolar AS hingga akhirnya mata uang Paman Sam itu tak berdaya di hadapan dolar Australia dan poundsterling. 

Baca Juga: Dengan Restu dari WTO, Hubungan AS-Eropa Beri Sinyal Bahaya!

Bahkan, di hadapan mata uang Benua Kuning pun, dolar AS hanya mampu unggul tipis terhadap dolar Taiwan. Adapun mata uang Asia lainnya tengah kompak menyerang dolar AS, seperti dolar Singapura, baht, won, dolar Hongkong, yen, dan rupiah. 

Berbanding terbalik dengan dolar AS, nilai tukar rupiah justru melaju sebagai salah satu mata uang terbaik di dunia dan Asia. Stagnansi rupiah di level Rp14.190 per dolar AS pada pembukaan pasar spot pagi tadi telah berbuah apresiasi. 

Baca Juga: Berbanding 180 Derajat! Lihat Nasib Rupiah dan IHSG Bikin Sport Jantung!

Terhitung hingga pukul 10.15 WIB, rupiah unggul 0,04% ke level Rp14.189 per dolar AS. Bahkan, rupiah juga mampu menaklukkan mata uang Benua Biru, yakni euro (0,03%) dan poundsterling (0,06%).

Di jajaran mata uang Benua Kuning, rupiah mengambil posisi sebagai mata uang terbaik ketiga setelah yuan (-0,05%) dan dolar Singapura (-0,03%). Dengan posisi tersebut, rupiah membuat won (0,25%), dolar Taiwan (0,09%), dolar Hongkong (0,06%), yen (0,05%), dan baht (0,04%) bertekuk lutut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: