Ekonom Credit Suisse menyebut Jerman sebagai "new sick man". Negara ini dinilai paling buruk dalam hal kinerja ekonominya di Uni Eropa. Tingkat daya beli dan GDP negara ini menurun tajam.
Dulu, Jerman merupakan peraih performa terbaik di antara negara kawasan Uni Eropa. Sekarang menjadi yang terburuk.
"Kemerosotan perdagangan yang sedang berlangsung menjadi tantangan bagi perekonomian Jerman. Ketidakseimbangan perdagangan menjadi beban berat bagi Jerman," ungkap para pakar, seperti dikutip Fox Business.
Baca Juga: Resesi, Kekayaan 1.000 Taipan Jerman Malah Melonjak Rp15.439 Triliun
Penilaian tersebut dikeluarkan setelah ekonom Credit Suisse meninjau indikator ekonomi terbaru. Dalam catatatn mereka, ekonomi Jerman tumbuh hanya 0,4 persen dari tahun ke tahun, mulai April hingga Juni. Angka itu menjadi indikator terlemah dalam lebih dari enam tahun.
Ekonomi negara itu juga menunjukkan penurunan 0,1 persen dari kuartal ke kuartal. Hal ini menandakan Jerman menjadi satu-satunya ekonomi utama Eropa yang mengalami penyusutan dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, kesulitan Jerman tidak akan memengaruhi negara-negara Eropa lainnya. Sebab negara ini memiliki surplus neraca berjalan yang besar, sekitar US$276 miliar. Surplus tersebut dibentuk oleh volume ekspor yang tinggi dan impor yang rendah karena permintaan domestik yang kecil.
Para ekonom mencatat, dimulainya kembali pembelian aset dan operasi pembiayaan kembali oleh ECB harus mendukung permintaan domestik di luar Jerman. Ekonom kemudian menyebut Italia sebagai contoh. Perubahan kebijakan menyebabkan penurunan besar dalam imbal hasil obligasi pemerintah Italia.
"Itu lebih dari membalikkan pengetatan keuangan tahun lalu yang memberikan kontribusi material terhadap perlambatan Italia," jelas para ekonom, dikutip rt.com, Minggu (6/10/2019).
Credit Suisse menawarkan dua obat untuk Jerman: mengakhiri perang dagang AS-China atau pengenalan fiskal Jerman. Obat terakhir tidak mungkin karena Jerman akan tetap mempertahankan anggaran yang seimbang.
Baca Juga: Soal Rencana Netanyahu Caplok Tepi Barat, Kanselir Jerman Tegas Bilang...
Langkah yang dilakukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) baru-baru ini juga dapat menghancurkan ekonomi Jerman. Awal pekan ini, WTO memutuskan Washington bisa menjatuhkan sanksi ekonomi pada negara-negara UE setelah diketahui pembuat pesawat Boeing AS telah kehilangan sekitar US$7,5 miliar per tahun karena pemerintah Eropa memberikan subsidi kepada pesaing utamanya, Airbus Eropa.
Meski pabrikan pesawat Eropa mengajukan keluhan serupa terhadap Boeing AS, Washington telah memberlakukan pajak kepada sejumlah produk Jerman. Pajak tersebut mulai berlaku pada 18 Oktober. Akibatnya, barang-barang Jerman seperti anggur dan kopi menjadi lebih mahal dan ekonomi Jerman makin terpuruk.
Credit Suisse berharap Bank Sentral Eropa dapat membantu meringankan situasi seandainya negara lain di kawasan itu mulai mengalami hal sama dengan Jerman. Salah satunya dengan cara menurunkan suku bunga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: