Neraca perdagangan Indonesia pada September 2019 mengalami defisit sebesar US$160,5 juta, memburuk dari kondisi bulan sebelumnya yang mencatat surplus US$85,1 juta. Defisit neraca perdagangan tersebut terutama bersumber dari defisit sektor migas sebesar US$761,8 juta. Sementara itu, sektor nonmigas mengalami surplus sebesar US$601,3 juta.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan bahwa penyebab dari defisit pada sektor migas adalah minyak mentah dan hasil minyak. Sementara itu, gas masih surplus.
"Angka pertumbuhan ekonomi nanti akan dipengaruhi oleh Juli Agustus dan September," ucap Suhariyanto di Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Baca Juga: September 2019, BPS Catat Terjadi Deflasi 0,27%
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia selama Januari-September 2019 masih mengalami defisit sebesar US$1,95 miliar. "Defisit ini masih jauh lebih rendah dibandingkan posisi Januari-September tahun lalu," tambahnya.
Suhariyanto memaparkan, nilai ekspor Indonesia pada September 2019 mencapai US$14,10 miliar atau menurun 1,29% dibandingkan ekspor Agustus 2019. Demikian jika dibandingkan September 2018 menurun 5,74%. Sementara itu, nilai impor Indonesia September 2019 mencapai US$14,26 miliar atau naik 0,63% di bandingkan Agustus 2019. Demikian pula jika dibandingkan September 2018 turun 2,41%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: