Indonesia dalam lima tahun ke depan memiliki agenda utama untuk menyasar terwujudnya sumber daya manusia yang unggul dan memiliki daya saing dalam menghadapi perubahan dunia. Di sektor industri minyak dan gas bumi, Indonesia masih membutuhkan tenaga-tenaga terampil yang siap ditempatkan di sektor onshore maupun offshore minyak dan gas bumi, dan baik ditempatkan di industri hulu maupun hilirnya.
Hal ini dapat dipenuhi dengan menghadirkan lembaga pendidikan vokasi yang berkualitas dan mampu mencetak lulusan-lulusan yang siap kerja di bidang industri minyak dan gas bumi.
“Sebagai wujud dukungan terhadap program besar Indonesia tersebut, Universitas Pertamina mendukung pendirian lembaga pendidikan vokasi untuk memenuhi kebutuhan SDM yang unggul dan terampil,” kata Rektor Universitas Pertamina, Akhmaloka, saat membuka Focus Group Discussion (FGD) yang yang diselenggarakan Universitas Pertamina, dengan tema Policy and Strategy for Developing Skilled Employees Through Vocational Education and Training, di Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Baca Juga: Huawei Siapkan Kapasitas SDM Indonesia Sambut Era 5G
Menurut Akhmaloka, sepertinya kurikulum pendidikan di Indonesia sudah baik dan lulusannya siap untuk dipakai. “Namun, pelaku industri ternyata tidak bisa langsung menerima lulusan perguruan tinggi dan diploma untuk bekerja,” ujarnya.
FGD menghadirkan sejumlah pembicara yang berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Ketenagakerjaan, PT Pertamina (Persero), Sinar Mas, Asosiasi Pengusaha Indonesia, Akashi College Jepang dan Yayasan Budha Tzu Chi.
Pada kesempatan yang sama Direktur Sumber Daya Manusia PT Pertamina (Persero) Koeshartanto mengatakan bahwa, saat ini dibutuhkan tenaga kerja yang adaptif dengan dinamika perubahan global dan nasional, sebab tantangan kedepan membutuhkan agiliti, siapa yang cepat berinovasi akan bisa bersaing dalam dunia kerja.
“Dengan adanya forum diskusi seperti FGD ini harapannya akan dicari dan diperoleh kurikulum yang dapat dituangkan kedalam suatu kebijakan yang lebih tajam dan sesuai, sehingga bisa disampaikan ke pemerintah, kementrian atau badan usaha terkait,” tuturnya.
Baca Juga: Siapkan SDM Hadapi Industri 4.0, Ini Langkah Bekraf
President National Institute of Technology, Akashi College, Hideaki Kasai menilai bahwa, Jepang membutuhkan kerjasama yang kuat dengan Indonesia, karena Indonesia adalah negara yang perekonomiannya terus berkembang, begitu halnya dengan pertumbuhan dan perkembangan sumber daya manusianya,
“Kami selalu tertarik menggunakan tenaga kerja dari Indonesia, selainkarena ada kelangkaan tenaga kerja di Jepang, kami selalu ingin memperkuat basis kerjasama yang sudah ada selama ini,” tegasnya.
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Dan Kemitraan Universitas Pertamina, Budi W Soetjipto, menjelaskan bahwa, hasil dari FGD ini akan dijadikan sebagai proposal sebagai masukan kepada pemerintah agar bisa dijadikan sebagai bahan petimbangan dalam membuat kebijakan terkait penyesuaian kurikulum yang sinergi dengan industri atau dunia kerja.
“Kurikulum yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan industri, industri yang terus berubah maka kurikulumnya pun harus siap berubah mengikuti kebutuhan industri.” Pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri