AS Tuduh Rusia Tutupi Kasus Ledakan Nuklir saat Evakuasi Rudal 'Skyfall'
“Teknologi telah berubah dengan cepat, dan penting bagi kami untuk menunjukkan bukan apa yang dilakukan (di bawah) New START, tetapi apa yang tidak dilakukannya di 2020 yang menyebabkan memburuknya lingkungan keamanan. Itu tidak mencakup sistem ini," katanya.
Kekhawatiran besar lainnya adalah banyaknya senjata nuklir nonstrategis yang dipegang oleh Rusia dan China. Menurutnya, setiap perjanjian senjata baru harus membahas senjata-senjata itu.
Ditanya mengapa Departemen Luar Negeri AS memutuskan untuk mengungkapkan informasi terbaru ini, DiNanno menjawab; "Kami merasa penting untuk mengatakan yang sebenarnya, berbagi apa yang kami pahami terjadi di Nenoska."
Menurutnya, departemen bekerja dengan lembaga pemerintah lainnya untuk menyaring data dan citra rahasia dan kemudian menurunkan klasifikasi sehingga dapat dibagi dengan sekutu dan mitra, dan akhirnya publik.
Baca Juga: Topan Hagibis di Jepang, Limbah Nuklir Berserakan
Informasi tentang rudal Skyfall telah diketahui selama beberapa waktu, tetapi pemerintah AS ingin memastikan tentang akurasinya sebelum mengumumkannya kepada dunia.
"Kami ingin melihat bahwa mendapatkan sedikit lebih cepat, tetapi melakukannya dengan benar lebih penting," kata DiNanno.
DiNanno mengatakan tujuan mengumumkan insiden Skyfall di Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah untuk membuat Rusia dan China memperhatikan bahwa AS serius dalam memperluas dan memodernisasi arsitektur kontrol senjata.
Mark Schneider, mantan pejabat kebijakan nuklir Pentagon yang sekarang menjadi analis senior di Institut Nasional untuk Kebijakan Publik, menyebut rudal bertenaga nuklir adalah sebuah monumen tidak bertanggung jawab Putin. "Sesuatu yang seharusnya tidak pernah dibuat," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: