AS Tuduh Rusia Tutupi Kasus Ledakan Nuklir saat Evakuasi Rudal 'Skyfall'
DiNanno adalah Wakil Asisten Menteri Luar Negeri dan pejabat senior di Biro Kontrol Senjata, Verifikasi, dan Kepatuhan. Dia pertama kali mengungkapkan insiden Skyfall 10 Oktober dalam pidatonya di Komite Pertama Majelis Umum PBB.
Dalam wawancara tersebut, DiNanno mengungkapkan rincian lebih lanjut tentang kejadian itu. Sebagai bagian dari penutupan, katanya, Moskow memotong data stasiun pemantauan nuklir Rusia yang dikumpulkan di dekat ledakan yang dipasok ke Sistem Pemantauan Internasional, sebuah kelompok teknis yang berbasis di Wina yang beroperasi sebagai unit Comprehensive Test-Ban-Treaty Organization.
Ledakan itu terjadi setelah bahan bakar di reaktor rudal tidak lagi didinginkan oleh air laut.
Baca Juga: Waduh, Buat Apa Kapal Selam Nuklir China ada di Laut Sengketa? Ngeri Juga . . . .
Skyfall, yang ketika dikerahkan bisa dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir atau konvensional, dapat menyerang pada jarak yang hampir tak terbatas. Ini adalah salah satu dari lima senjata nuklir strategis yang Presiden Putin umumkan pada bulan Maret 2018.
"Sangat bombastis," kata DiNanno merujuk pada pidato Putin.
Senjata super lain yang sedang dikembangkan Rusia adalah torpedo drone Poseidon yang juga bertenaga nuklir. Senjara ini akan membawa hulu ledak hingga 450 kiloton dalam hasil yang oleh pejabat senjata Departemen Luar Negeri AS digambarkan sebagai "senjata hari kiamat".
Tiga senjata lainnya adalah rudal balistik antarbenua multihulu ledak Sarmat, rudal hipersonik Avangard dan rudal balistik Kinzhal yang diluncurkan dari udara.
“Ini adalah sistem yang sangat tidak stabil. Sebuah rudal jelajah bertenaga nuklir bisa tetap tampak tinggi untuk waktu yang lama," kata DiNanno.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: