Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

AS Tuduh Rusia Tutupi Kasus Ledakan Nuklir saat Evakuasi Rudal 'Skyfall'

AS Tuduh Rusia Tutupi Kasus Ledakan Nuklir saat Evakuasi Rudal 'Skyfall' Ledakan nuklir dalam upaya evakuasi rudal jelajah Skyfall Rusia dari dasar laut di Laut Putih 8 Agustus 2019. | Kredit Foto: Reuters

Badan pemantau AS memperkirakan bahwa dampak lingkungan dari ledakan reaktor nuklir terbatas secara lokal.

"Dari apa yang saya pahami, awan radiasi yang sebenarnya tidak berbahaya 'per se'. Tetapi masalah kami adalah kurangnya transparansi dan penyamaran serta informasi yang salah," kata DiNanno.

Menurutnya, ledakan itu bermagnitudo 2,4 pada skala seismik.

"Sebuah ledakan yang relatif kecil tetapi cukup berbahaya ketika reaktor nuklir meledak. Intinya di sini adalah mengapa sistem ini terbang di tempat pertama, mengapa setelah crash itu duduk di sana selama satu tahun dan mengapa butuh operasi pemulihan untuk memaparkan kecelakaan asli," paparnya.

Baca Juga: Turunkan Rudal Nuklir, Putin Pimpin Langsung Latihan Perang Skala Besar Rusia

Tak lama setelah ledakan itu, media yang dikendalikan negara Rusia memberikan berbagai penjelasan untuk penutupan area di darat dan di laut tanpa mengatakan bahwa itu adalah hasil dari insiden sebuah rudal.

Informasi yang salah termasuk pernyataan bahwa kecelakaan itu melibatkan latihan militer, kerusakan dalam sistem peringatan badai dan tumpahan bahan kimia beracun di laut. Outlet media yang dikontrol oleh negara Rusia juga memberikan laporan palsu bahwa tingkat radiasi tidak meningkat.

Disinformasi seputar insiden Skyfall menakutkan mirip dengan Moskow menutup-nutupi ledakan mematikan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl tahun 1986 di tempat yang sekarang disebut Ukraina.

Pengakuan pertama kecelakaan Skyfall adalah pengumuman lembaga nuklir negara Rusia, Rosatom, dua hari kemudian. Rosatom mengakui lima ilmuwan nuklirnya tewas.

DiNanno mengatakan Skyfall dan senjata supern lainnya tidak stabil karena tidak dilindungi oleh perjanjian senjata. Pemerintahan Donalad Trump berusaha untuk memasukkan senjata itu dalam perjanjian News START yang diperpanjang atau perjanjian senjata baru dengan Rusia dan China.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: