Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan kabinet baru yang diberi nama Kabinet Indonesia Maju. Formasi kabinet baru ini dinilai diisi oleh orang-orang terbaik yang berkecimpung dan sudah memahami bidangnya masing-masing.
Demikian diungkapkan oleh Dewan Pembina Gapasda dan Iperindo, Bambang Haryo Soekartono, saat berbincang dengan awak media di Jakarta, Rabu (23/10/2019). Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Tahun 2014-2019 dari Partai Gerindera ini juga melihat penunjukan Edhy Prabowo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan adalah sosok yang pas.
Baca Juga: Jadi Menteri Kelautan, Edhy Prabowo Gantikan Posisi Susi
Menurut Bambang, menteri kelautan dan perikanan sebelumnya, Susi Pudjiastuti, sudah bekerja dengan baik. Untuk menjadi lebih baik lagi, Edhy Prabowo sebagai pengganti Susi harus fokus pada beberapa hal, terutama untuk peningkatan devisa negara dari sektor kelautan.
Dengan demikian, hasil laut Indonesia tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat terutama nelayan, tapi juga menyumbang devisa negara.
Beberapa hal yang dapat dilakukan Edhy Prabowo, menurut Bambang, salah satunya memaksimalkan budidaya lobster di Indonesia. Dia mengingatkan, dulu sekitar tahun 2012 Indonesia pernah menjadi pengeskpor lobster ke Vietnam dengan nilai mencapai Rp685 triliun.
"Padahal waktu itu lobster yang diekspor adalah yang berukuran kecil 100 gram, dari 100 gram naik jadi 1 kilo (1.000 gram), akan jadi Rp6.000 triliun," sebut Bambang.
Dari budidaya lobster itu, menurut Bambang, kalaupun tidak diekspor dapat dimanfaatkan untuk mendatangkan wisatawan mancanegara untuk menikmati lobster di Indonesia. Dengan demikian, dampak multiplier effect akan lebih banyak bagi Indonesia.
Program lain yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan hasil laut adalah keramba budidaya ikan kerapu. Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang di dunia dengan iklum tropis, yang sangat cocok untuk budidaya keramba ikan. Jika itu dilakukan maka Indonesia akan menjadi penghasil ikan kerapu terbesar di dunia.
"Selama ini Susi tak hidupkan keramba budidaya," ujar Bambang.
Untuk mendukung budidaya ikan Kerapu, lanjut Bambang, berarti produksi ikan rucah sebagai makanan utama ikan kerapu harus diizinkan. Selama ini nelayan yang menggunakan cantrang penghasil ikan kecil dan ikan rucah tidak boleh berlayar. Untuk menghasilkan ikan rucah, Indonesia harus melakukan impor. Hal inilah yang membuat keramba tidak berjalan dengan baik.
Satu lagi program yang sangat baik dari Susi namun belum terlaksana dengan maksimal adalah kultur atau budaya makan ikan sebagai budaya maritim. Selama ini konsumsi makan ikan rata-rata orang Indonesia tak lebih dari 40 kilo per kapita per tahun. Angka itu harus ditingkatkan sehingga produksi ikan yang besar di Indonesia didukung pasar yang samakin besar. Alhasil, hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan para nelayan Indonesia.
"Selama ini hanya tagline, tapi aplikasinya kurang," sebut Bambang.
Untuk mengaplikasikannya, yang bisa dilakukan misalnya memperbanyak olahan ikan yang kreatif dan inovatif. Digelar lomba makan ikan dan memberikan ikan daripada busuk dan tidak boleh diformalin. Seluruh kota nantinya diwajibkan untuk makan ikan dan didukung dengan program gratis makan ikan setiap hari Minggu misalnya. Terutama anak sekolah harus makan ikan dan minum minyak ikan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: