Pada tahun 2020, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sebanyak 76 Pencatatan Efek Baru di yang terdiri atas saham, obligasi korporasi, Efek Beragun Aset (EBA), reksa dana saham (ETF), DIRE dan DINFRA. Kemudian, rata-rata nilai transaksi harian saham (RNTH) diperkirakan akan menyentuh Rp9,5 triliun.
Memperhatikan seluruh target dan rencana kegiatan BEI di 2020, BEI memproyeksikan total pendapatan yang akan diperoleh sebesar Rp1,19 triliun atau meningkat 1,71 persen dibandingkan total pendapatan RKAT 2019 (revisi) senilai Rp1,17 triliun.
Baca Juga: Bursa Yakin Bisa Gaet 76 Perusahaan untuk Catatkan Efek Baru Tahun Depan
“Proyeksi atas biaya usaha BEI pada 2020 sebesar Rp1,02 triliun, sehingga laba sebelum pajak menjadi Rp160,54 miliar. Setelah dikurangi estimasi beban pajak sebesar Rp59,19 miliar, maka perkiraan perolehan laba bersih BEI di 2020 sebesar Rp101,36 miliar,” tegas Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, di Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Sementara itu, total aset BEI pada 2020 diproyeksikan sebesar Rp32,997 triliun atau meningkat 17,3 persen dari RKAT 2019 (revisi) yang berjumlah Rp2,57 triliun. Adapun saldo akhir kas dan setara kas (termasuk investasi jangka pendek) di 2020 diproyeksikan mencapai Rp1,34 triliun.
Untuk itu, Bursa telah menyiaplan serangkaian inisiatif yang akan direalisasikan dengan mempertimbangkan beberapa asumsi indikator makroekonomi yang disampaikan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2020 yang telah disetujui oleh pemegang saham dalam RUPS-LB hari ini.
"BEI akan terus meningkatkan kinerja perusahaan dalam hal memberikan layanan optimal kepada seluruh pemangku kepentingan melalui penciptaan inovasi-inovasi baru, sehingga mampu mewujudkan infrastruktur kebursaan yang andal dan memfasilitasi pengembangan pasar modal," kata Inarno usai RUPSLB.
Baca Juga: Tahun 2020, Bos Bursa Mau Fokus Lakukan Hal Ini
Dia mengatakan, upaya meningkatkan kinerja tersebut sejalan dengan aspirasi BEI untuk “Menjadi Pusat Penyelenggara Perdagangan Efek yang Terpercaya dan Mendukung Pendalaman Pasar Modal Indonesia”. Inarno menyebutkan, fokus BEI di 2020 adalah pengembangan Penyelenggara Pasar Alternatif (PPA) dan pengembangan produk serta layanan kebursaan.
"Sebagai tahap awal, BEI berupaya mengembangkan perdagangan obligasi melalui platform ETP baru. Fokus pengembangan produk meliputi optimalisasi produk derivatif (Waran Terstruktur, index futures & single stock futures) dan optimalisasi perdagangan ETF serta pengembangan layanan kebursaan lain," papar Inarno.
Lebih lanjut dia merincikan, fokus BEI tersebut akan didukung oleh pengembangan sistem penawaran umum elektronik (e-IPO) OJK, dukungan pengembangan Securities Lending and Borrowing (SLB) KPEI dan pengembangan klasifikasi industri baru (Indonesia Stock Exchange Industrial Classification/IDXIC) berdasarkan produk atau eksposur pasar Perusahaan Tercatat untuk menggantikan klasifikasi industri saat ini (Jakarta Stock Industrial Classification/JASICA) yang masih berdasarkan aktivitas ekonomi.
Selain itu, lanjut Inarno, akan ada penyesuaian mekanisme pre-closing untuk mengurangi volatilitas harga saham pada saat penutupan dan peningkatan teknologi sistem perdagangan untuk mempercepat order routing dan kompabilitas dengan sistem pada bursa global. "Kami juga akan meningkatkan efisiensi pengembangan sistem perdagangan," ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri