Presiden Joko Widodo telah mengumumkan susunan kabinet baru yang akan membantunya dalam menjalankan pemerintahan periode 2019 – 2024. Beberapa menteri lama masih dipertahankan meski mayoritas adalah nama-nama baru, baik dari kalangan profesional maupun partai politik (parpol).
Menurut Bahana Sekuritas, perubahan nomenklatur yang tidak signifikan memberi ruang bagi para menteri untuk bisa segera menjalankan tugasnya, meski beberapa kementerian dipimpin oleh sosok baru. Porsi mayoritas yang dipegang oleh profssional akan makin memudahkan gerak pemerintah dalam mengambil keputusan, sedangkan sekitar 45% yang dipimpin oleh partai politik akan berdampak positif bagi pengambilan keputusan yang menyangkut perundang-undangan.
Baca Juga: Bentuk Kompromi Politik, Menteri Jokowi Harus Kasih yang Terbaik
Kepala Riset Bahana Sekuritas, Lucky Ariesandi, mengatakan bahwa dengan melihat menteri koordinator yang telah ditunjuk oleh presiden, ada harapan perbaikan koordinasi antara kementerian yang kelihatannya lebih kuat.
"Sebenarnya pasar tidak sekadar melihat sosok yang dipilih, tetapi lebih menantikan kebijakan yang akan diambil dalam waktu dekat. Pasar akan melihat kesinambungan kebijakan yang dibuat dengan kebijakan pendahulu apakah akan berdampak positif pada pasar," kata Lucky Ariesandi dalam keterangan tertulis, Kamis (24/10/2019).
Dengan posisi kabinet yang lebih seimbang antara profesional dan parpol, upaya pemerintah untuk mendorong masuknya investasi harusnya lebih sukses, terutama dengan adanya rancangan undang-undang (RUU) prioritas menyangkut perpajakan, minerba, dan ketenagakerjaan. Melalui koalisi gemuk yang ada di parlemen saat ini, upaya untuk mendapatkan persetujuan dari parlemen diharapkan tidak memakan waktu yang lama.
"Kami melihat minat investor asing untuk masuk ke portfolio saham dan surat berharga negara masih cukup tinggi, dengan yield yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan negara lainnya sehingga masih ada ruang bagi rupiah dan indeks saham untuk menguat," papar Lucky. Meski rupiah sempat tertekan dalam perdagangan hari ini, menurut Lucky, sifatnya hanya sementara.
Anak usaha Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini menilai, Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk memotong suku bunga acuan dalam bulan ini sebesar 25 basis point (bps) setelah sejak Juli BI secara bertahap memotong suku bunga sebesar 25 bps hingga ke level 5,25% pada bulan lalu dari posisi 6% pada Juni 2019. Bank sentral akan mengumumkan BI 7-day repo rate dalam rapat dewan gubernur yang akan diputuskan Kamis (24/10/2019).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum