Demonstrasi masih melumpuhkan Lebanon di hari kesembilan pada Jumat (25/10). Lembaga rating global pun menyebutkan kemampuan pemerintah memenuhi tuntutan demonstran akan berdampak pada kepercayaan para pemberi pinjaman dan menggerus cadangan devisa asing.
Para demonstran mengibarkan bendera Lebanon sambil memblokir jalanan. Beberapa orang membangun tenda di jalan raya. Massa tidak terlalu banyak tapi terus bertambah sepanjang hari Jumat (25/10).
Demonstrasi membuat sejumlah jalan tertutup, sekolah libur dan perbankan tak dapat beroperasi di penjuru negeri. Kebijakan reformasi darurat dan tawaran dialog dengan demonstran sejauh ini telah gagal meredam kemarahan publik.
Baca Juga: Lebanon Bakal Coba Rombak Pemerintahan karena Ingin...
"Unjuk rasa berjalan damai hingga perselisihan muncul antara demonstran dan para pendukung Hezbollah yang masuk ke barisan pengunjuk rasa, hingga kepolisian bertindak memisahkan keduanya," papar saksi mata pada Reuters.
Pemimpin Hezbollah yang berpengaruh dalam pemerintahan koalisi Perdana Menteri (PM) Lebanon Saad al-Hariri akan berpidato tentang krisis di negara itu.
Demonstrasi semakin memperburuk krisis ekonomi di negara itu. Pengunjuk rasa mengecam para elit politik yang dituduh menyalahgunakan sumber daya negara untuk keuntungan pribadi.
Lebanon adalah salah satu negara dengan lilitan utang paling besar di dunia. Aliran uang untuk mendanai defisit negara dan impor terus melemah sehingga menciptakan tekanan keuangan terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Pasar gelap untuk dolar pun semakin meluas. Lembaga rating Standard & Poor’s menempatkan Lebanon dalam rangking kredit "negatif".
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: