LVMH, pemilik Louis Vuitton dan Christian Dior berencana mengakuisisi toko perhiasan Tiffany & Co untuk memperluas pasar perhiasannya di AS. Ini akan menjadi pembelian terbesar untuk perusahaan mewah Perancis.
Beberapa media melaporkan, konglomerat industri fesyen ini telah melakukan pembicaraan dengan Tiffany mengenai kemungkinan pengambilalihan perusahaan. Rincian diskusi dan harga yang ditawarkan masih belum diungkap.
"Tiffany telah menyewa penasihat untuk meninjau tawaran tersebut. Namun, belum ditanggapi dan tidak ada jaminan bahwa kedua pihak akan mencapai kesepakatan," media melaporkan, dikutip rt.com Minggu (27/10/2019). Financial Times menyebutkan, publikasi terkait minat perusahaan ini dapat menghancurkan kesepakatan.
Baca Juga: Posisi Gucci dan Louis Vuitton Tak Tergeser di Daftar Brand Terpopuler
LVMH yang berkantor pusat di Paris memiliki beberapa merek mewah termasuk Fendi, jam tangan Hublot, Sephora dan Givenchy, serta sampanye Hennessy Cognac dan Dom Perignon. Pada 2017, rumah mode Christian Dior menambah daftar merek mewah milik kerajaan fesyen ini.
Dalam hal perhiasan mewah, LVMH punya peluang untuk berkembang. Mengakuisisi Tiffany yang dikenal dengan cincin pertunangannya yang mahal bisa menjadi cara bagi perusahaan ini untuk menjadi besar, menyusul pembelian LVMH atas Bulgari di 2011 dengan harga US$5,2 miliar.
Tiffany memiliki kapitalisasi pasar hampir US$12 miliar setelah sahamnya naik 22 persen tahun ini. Jika jadi membeli Tiffany, maka ini akan menjadi akuisisi terbesar LVMH dan transaksi terbesar yang dilakukan perusahaan Eropa pada 2019.
Tawaran akuisisi datang saat Tiffany menghadapi masalah di tengah perang dagang AS dan China. "Penjualan kepada wisatawan China turun lebih dari 25 persen," kata Kepala Eksekutif Tiffany Alessandro Bogliolo, Juni lalu.
Baca Juga: Brand Terkenal Asal Prancis Dikritik Soal China, Dior Bilang. . .
Protes di Hong Kong juga memengaruhi kinerja toko perhiasan ini. Kota ini dianggap sebagai pusat perbelanjaan besar yang menarik banyak wisatawan, termasuk dari Asia dan China daratan. Karena toko tutup, Tiffany kehilangan hampir enam hari penuh penjualan di kuartal terakhir di wilayah ini.
Namun, konflik dagang AS-China tidak memengaruhi pembeli potensial Tiffany. Terlepas dari kondisi sulit di Hong Kong, LVMH mengungkapkan, penjualan kuartal ketiga lebih baik dari yang diharapkan. Pendapatan barang mewah titan naik 17 persen dalam sembilan bulan pertama tahun ini dibanding periode yang sama tahun lalu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lili Lestari
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: