Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi menuturkan, sulit untuk mendeteksi dan mengkonfirmasi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Suriah, khususnya jika mereka berniat bergabung dengan kelompok-kelompok terlarang di sana. Salah satu sebabnya adalah mereka tidak melaporkan diri saat berangkat atau tiba di Suriah.
"Kalau mengenai status WNInya, kan kita tidak ada data yg jelas. Jadi begini, data yg kita miliki adalah data yang pada saat ada input atau laporan. Karena itu, kita kembangkan sekarang Safe Travel. Ini adalah untuk melindungi kalau terjadi apa-apa pada WNI tersebut atau mereka bepergian ke luar negeri mereka mendaftarkan data mereka. Sehingga kita bisa mengawasi, bagaimana kita bisa tahu semua org yang bepergian ke luar negeri kalau mereka tidak mendaftar," ucap Retno.
Baca Juga: Ini 5 Prioritas Polugri Kemenlu Lima Tahun ke Depan
Retno menuturkan, data yang dimiliki oleh Kementerian Luar Negeri didapat berdasarkan laporan para WNI yang bertolak ke luar negeri. Jika mereka tidak melapor kepada perwakilan, maka pihaknya akan sulit untuk melacak keberadaan WNI tersebut.
"Pertanyaannya, orang-orang yang pergi ke Suriah, mereka tidak mendaftarkan data-datanya. Sehingga sulit bagi kita untuk mengetahui siapa mereka, ada di mana dan lain-lain. Karena itu sekarang BNP2TKI melakukan upaya untuk mencari informasi mengenai mereka siapa ada di mana. jumlah berapa dan mengkonfirmasikan status WNI mereka," sambungnya pada Selasa (29/10/2019).
Sebelumnya, kepala Badan Penanggulangan Terorisme Indonesia (BNPT), Suhardi Alius sempat menyebut bahwa ada setidaknya 500 WNI yang berada di Suriah untuk bergabung dengan kelompok teroris di sana.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: