Helianti mengungkapkan, banyak produk makanan terbuang, baik di tingkat perkebunan (hulu) maupun konsumen. Solusinya, ada di inovasi teknologi dan proccessing atau Open Proccessing Center, yang bisa diakses oleh seluruh UKM.
"Javara sudah melakukan itu meski dalam skala yang masih kecil. Contohnya tomat, yang banyak terbuang karena keburu membusuk. Padahal tomat busuk itu masih bisa diolah lagi menjadi produk yang bernilai tambah," kata Helianti.
Helianti juga berharap Kemenkop-UKM memperkuat pasar domestik, selain pasar global. Pada 2009, produk Javara 100% untuk pasar domestik. Pada 2011, produk ekspor dari Javara sebesar 20%. Dan pada 2014, produk ekspor Javara mencapai 90%.
Baca Juga: Go-Pay Edukasi UMKM Lewat Forum Pedagang Baik
"Tapi, itu tidak benar. Kalau UKM kita tidak hadir di pasar domestik, maka akan diisi produk dari luar. Kita perkuat pasar domestik untuk meminimalisasi produk impor. Kita genjot lagi pasar domestik yang pada 2018 sudah fifty-fifty. Tahun ini kita targetkan untuk pasar domestik sebesar 70%", papar Helianti.
Selain itu, Helianti juga berharap Kemenkop-UKM memperkuat mentoring dan coaching sesuai kebutuhan pelaku UKM. "Mentoring dan coaching harus dilakukan oleh seorang enterpreneur atau pelaku usaha agar melahirkan enterpreneur yang tangguh," tukas Helianti.
Helianti pun merujuk untuk membuat platform digital seperti Kitabisa.com. Tujuannya, agar ada mentoring dan coaching langsung antara pelaku UKM dan enterpreneur yang sudah sukses di bidangnya.
"Kita sudah memiliki Sekolah Seniman Pangan, yaitu sekolah kewirausahaan untuk para petani, perimba, dan nelayan. Di sekolah ini kita banyak mendatangkan para chief terkenal untuk menjadi narasumber," pungkas Helianti.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti